Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (217;219): Den Rereh Pamrihira

 Pada (bait) ke-217;219, Pupuh ke-11, Asmarandana, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Yen desa akeh wongneki,
ingkang bathi pasthisira,
wetune pajeg undhake.
Dipun rereh pamrihira,
aja kongsi rekasa,
kang wani kalah rumuhun,
beya kurang paringana.

Kapriye gemahing bumi,
sakehe kang desa-desa,
salin bekel pendhak epon?
Pametuhe jung sacacah,
bektine karobelah,
temahan desane suwung,
priyayi jaga pocotan

Poma aja anglakoni,
kaya pikir kang mangkono,
satemah lingsem dadine.
Den sami angestakena,
mring pitutur kang arja,
nora nana alanipun,
wong nglakoni kebecikan.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Kalau desa-desa banyak orang datang,
yang untung pasti engkau sendiri,
pemasukan dari bayar pajak pasti naik.
Di perhalus harapanmu, jangan sampai menyulitkan  orang.
Yang berani mengalah dulu,
biaya kurang berilah.

Bagaimana akan ramai suatu wilayah,
semua desa-desa,
jika pejabatnya berganti setiap Pon?
Hasilnya satu jung,
pajaknya satu setengah.
Sehingga desanya kosong,
pejabatnya menunggu dipecat.

Ingatlah jangan dilakukan,
pola pikir seperti itu,
sehingga malu jadinya.
Harap semua mematuhi,
pada nasihat yang baik.
Tidak ada keburukan,
bagi orang yang melakukan kebaikan.


Kajian per kata:

Yen (kalau) desa (desa) akeh (banyak) wongneki (orang datang), ingkang (yang) bathi (untung) pasthisira (pasti engkau), wetune (bayar) pajeg (pajak) undhake (naik). Kalau desa-desa banyak orang datang, yang untung pasti engkau sendiri, pemasukan dari bayar pajak pasti naik.

Jika petani senang dan tidak terbebani dalam bekerja, mereka akan bersemangat dalam menjalani profesinya. Akan banyak orang berdatangan menjadi petani. Jika itu terjadi yang untung adalah engkau sendiri (pejabat setempat). Hasil pertanian akan melimpah dan pajak (bulu bekti) akan bertambah. Bertambahnya bukan karena mereka dipaksa membayar lebih, tetapi karena melimpahnya hasil.

Dai zaman itu ketika penduduk Jawa masih sedikit memang jumlah orang akan menentukan hasil bumi. Masih banyak lahan kosong yang belum digarap karena jumlah penggarapnya lebih sedikit dari lahan yang tersedia. Oleh karena itu ukuran luas tanah garapan biasanya dinyatakan dalam cacah, yakni jumlah penggarap yang ada. Tanah yang tidak ada penggarapnya tidak dianggap sebagai aset, dan tidak berharga.

Jika penguasa setempat, bekel atau demang, mempunyai kebijakan yang ramah terhadap petani maka dipastikan petani senang bergabung dengannya. Jelas ini menambah jumlah hasil bumi, yang akan berimbas pada bertambahnya bulu bekti.

Dipun (di) rereh (perhalus) pamrihira (harapanmu), aja (jangan) kongsi (sampai) rekasa (sulit). Di perhalus harapanmu, jangan sampai menyulitkan  orang.

Oleh karena itu penguasa setempat hendaknya jangan terlalu memperlihatkan ambisi untuk meraih pajak dengan cara menerapkan bekti yang tinggi. Hendaknya mempermudah urusan petani sehingga yang bertani semakin banyak.

Kang (yang) wani (berani) kalah (mengalah) rumuhun (dulu), beya (biaya) kurang (kurang) paringana (berilah). Yang berani mengalah dulu, biaya kurang berilah.

Bila perlu apabila petani kurang modal untuk menggarap berilah biaya awalnya dahulu. Agar mereka dapat memulai menggarap sawah, menyiapkan bibit dan mempersiapkan lahan. Juga untuk keperluan sehari-hari mereka selama belum panen. Inilah sikap pemimpin yang mengayomi. Jika demikian cara yang diterapkan maka desa-desa akan maju dan makmur.

Kapriye (bagaimana) gemahing (ramainya) bumi (wilayah), sakehe (semua) kang desadesa (desa-desa), salin (berganti) bekel (pejabat desa) pendhak (setiap) epon (Pon). Bagaimana akan ramai suatu wilayah, semua desa-desa, jika pejabatnya berganti setiap Pon?

Bagaimana suatu desa akan berkembang, jika pejabatnya  berganti setiap hari Pon. Bagaimana desa akan makmur jika kebijakan setiap pejabat berganti-ganti, bagaimana desa akan membuat nyaman petaninya jika kebijakan yang diterapkan mencekik leher.

Pametune (hasilnya) jung sacacah (satu jung, sama dengan 4 bau), bektine (upetinya) karobelah (satu setengah). Hasilnya satu jung, pajaknya satu setengah.

Ibaratnya hasil panen dari satu jung, tetapi bulu bekti yangt diminta sebanyak satu setengah. Tentu petani takkan kerasan jika demikian itu. Mereka enggan menjadi petani, lahan menjadi tidak produktif. Justru yang rugi pejabatnya sendiri.

Temahan (sehingga) desane (desanya) suwung (kosong), priyayi (pejabatnya) jaga (menunggu) pocotan (dipecat). Sehingga desanya kosong, pejabatnya menunggu dipecat.

Desa bisa ditinggalkan penghuninya karena mereka pindah ke desa lain yang lebih ramah. Desa menjadi kosong dan pejabatnya menunggu waktu untu dipecat.

Poma (ingatlah) aja (jangan) anglakoni (dilakukan), kaya (seperti) pikir (pola pikir) kang (yang) mangkono (demikian), satemah (sehingga) lingsem (malu) dadine (jadinya).  Ingatlah jangan dilakukan, pola pikir seperti itu, sehingga malu jadinya.

Setelah mengetahui kerugian yang timbul akibat dari penerapan pajak (bekti) yang kelewat besar karena pejabatnya bernafsu memburu kekayaan untuk menyuap, jangan ada yang berpikir akan melakukan yang demikian itu. Kalau sampai kedudukannya dicopot karena tak sanggup mengelola wilayah bukankah akan malu sendiri.

Den (di) sami (sama) angestakena (mematuhi), mring (pada) pitutur (nasihat) kang (yang) arja (selamat, baik). Harap semua mematuhi, pada nasihat yang baik.

Oleh karena itu patuhilah nasihat yang baik ini agar kehidupanmu sebagai pejabat kerajaan selamat. Hidup lebih tenang dengan rela menerima yang sudah menjadi bagiannya, tanpa harus berambisi muluk-muluk. Rakyat juga senang karena tidak ditekan oleh penguasa. Raja juga senang karena mempunyai abdi yang mengerti akan tugas dan kewajibannya sebagai pembantu raja memakmurkan negeri.

Nora (tidak) nana (ada) alanipun (keburukan), wong (orang) nglakoni (melakukan) kebecikan (kebaikan). Tidak ada keburukan, bagi orang yang melakukan kebaikan.

Ingatlah selalu dan patuhilah. Tidak ada keburukan bagi orang yang melakukan kebaikan. Tidak ada ruginya, juga tidak akan berkurang keuntungannya. Asalkan bersabar dalam menjalani proses kehidupan. Akan ada waktu bagi seseorang untuk berkarya dalam jabatan yang lebih tinggi, dan tidak perlu dipecepat dengan suap-menyuap.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-217219-den-rereh-pamrihira/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...