Pada (bait) ke-221, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Ambeke (watak) kang (yang) wus (sudah) utama (utama), tan (tidak) ngendhak (mengganggu) gunaning (kepandaian) jalmi (orang). Watak orang yang sudah mencapai keutamaan, tidak mengganggu kepandaian orang lain.
Inilah watak orang yang sudah mencapai tingkatan keutamaan. Takkan pernah mengganggu kepandaian orang lain. Yang dimaksud adalah tidak mencela dan berbantahan dengan orang lain hanya karena iri dengki saja, atau hanya karena untuk pamer ilmu.
Amiguna (berguna, bermanfaat) ing (dalam) aguna (kepandaiannya), sasolahe (segala perilakunya) kudu (harus) bathi (berfaidah). Berguna dalam kepandaiannya, segala perilakunya harus berfaidah bagi diri-sendiri.
Ilmunya bermanfaat untuk orang lain, segala perilakunya harus berfaidah bagi dirinya. Dia akan merasa rugi jika mengerjakan hal-hal yang tidak berguna. Bathi di sini artinya sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dan tidak mesti berupa materi.
Pintere (kepandaiannya) den alingi (ditutupi), bodhone (bodohnya) dinokok (ditaruh) ngayun (depan). Kepandaiannya ditutupi, bodohnya ditaruh depan.
Bukan hanya enggan pamer ilmu, bahkan ilmunya pun disembunyikan. Ibaratnya orang yang membawa pisau tajam, pasti akan dibungkus rapat agar tidak melukai orang lain, namun jika waktunya digunakan pasti siap sedia. Demikian perumpamaan orang yang berilmu tinggi, tidak memamerkannya tetapi akan siap jika diperlukan.
Pamrihe (agar supaya) den inaa (dihinakan), mring (oleh) padha padhaning (sesama) jalmi (manusia), suka (suka) bungah (dembiara) den ina (dihina) sapadha–padha (sesama). Agar supaya dihinakan, oleh sesama manusia, suka dan gembira kalau dihina sesama.
Dengan cara itu dia bermaksud agar dihinakan oleh sesama manusia, suka sekali jika dia dihinakan oleh sesama.
Catatan:
Menurut hemat pengkaji, sikap yang ditunjukkan pada gatra akhir juga kurang baik. Sudah baik apapbila ilmu itu disembunyikan dari orang dan selalu siap sedia jika diperlukan. Namun jika menyembunyikan dengan maksud agar dihina adalah tidak baik. Apabila kita dihina orang dan tidak membalas itu adalah sikap yang baik, namun jika kita sengaja mencari penghinaan itu bukanlah kebaikan.
Jadi boleh-doleh saja menyembunyikan ilmu, namun hendaklah didasari sikap rendah hati. Menurut hemat kami tidak dianjurkan apabila diniatkan agar dihina orang. Yang demikian itu berlebihan.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-221-ambek-kang-wus-utama/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar