Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (230): Sakuwate Anglakoni

 Pada (bait) ke-230, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Mring leluhur kina-kina,
anggone amanting  dhiri,
iya sakuwasanira.
Sakuwate anglakoni,
nyegah turu sathithik,
sarta nyuda dhaharipun.
Pirabara bisaa,
kaya ingkang dingin dingin,
aniruwa sapretelon saprapatan.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Kepada leluhur di zaman kuna,
dalam hal mereka melatih diri,
dengan sekuasanya saja.
Sekuatnya menjalani,
mencegah (dengan) tidur sedikit saja,
serta mengurangi makannya.
Lebih baik jika bisalah,
seperti mereka (orang) dulu-dulu,
(jika tidak) menirulah sepertiganya atau seperempatnya saja.


Kajian per kata:

Mring (kepada) leluhur (leluhur) kinakina (zaman kuna), anggone (dalam hal mereka) amanting  (melatih) dhiri (diri), iya (iya) sakuwasanira (sekuasanya saja). Kepada leluhur di zaman kuna, dalam hal mereka melatih diri, dengan sekuasanya saja.

Teladanilah apa yang dilakukan para leluhur di zaman kuna, dalam hal mereka melatih diri dengan laku prihatin yang mereka jalani. Lakukan  sekuasanya saja, jangan memperberat diri di luar kemampuan.

Sakuwate (sekuatnya) anglakoni (menjalani), nyegah (mencegah) turu (tidur) sathithik (sedikit), sarta (serta) nyuda (mengurangi) dhaharipun (makan). Sekuatnya menjalani, mencegah (dengan) tidur sedikit saja, serta mengurangi makannya.

Sekuatnya dalam menjalani, sesuai kemampuan diri sendiri, mencegah tidur dengan mencukupkan diri tidur sebentar saja sekedar agar badan kembali segar. Serta mengurangi makan, sekedar badan kuat kembali. Inilah metode kuno yang selalu mereka praktikkan, mencegah makan dan tidur.

Pirabara (lebih baik jika) bisaa (bisalah), kaya (seperti) ingkang (yang) dingin dingin (dulu-dulu), aniruwa (menirulah) sapretelon (sepertiga) saprapatan (seperempatnya). Lebih baik jika bisalah, seperti mereka (orang) dulu-dulu, (jika tidak) menirulah sepertiganya atau seperempatnya saja.

Lebih baik memang jika mampu menjalani seperti yang sudah para leluhur contohkan. Namun jika kekuatan badan tak mampu lakukan dengan sepertiganya saja atau seperempatnya saja dari yang telah mereka lakukan. Ukurlah kekuatan diri sendiri semampu-mampunya. Yang demikian itu walau sama-sama keturunan namun kemampuan orang berbeda-beda. Namun juga harus diingat siapa yang paling kuat berusaha, paling gigih dalam menjalani laku utama, itulah yang akan mendapatkan anugrah terbesar.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-230-sakuwate-anglakoni/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...