Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (231): Mati Sajroning Urip

 Pada (bait) ke-231, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Pan ana silih bebasan,
padha sinauwa ugi,
lara sajroning kapenak,
lan suka sajroning prihatin.
Lawan ingkang prihatin,
mapan suka ing jronipun,
iku den sinauwa.
Lan mati sajroning urip,
ingkang kuna pan mangkono kang den gulang.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Ada peribahasa,
sama-sama belajarlah juga,
sakit dalam sehat,
dan suka dalam penderitaan.
Dan yang menderita,
di situ ada senang di dalamnya,
seperti itu pelajarilah juga.
Dan mati dalam hidup,
yang zaman kuna memang yang demikian itu yang dilatih.


Kajian per kata:

Pan (memang, dari kata mapan) ana (ada) silih (pinjam) bebasan (peribahasa), padha (sama) sinauwa (belajarlah) ugi (juga), lara (sakit) sajroning (dalam) kapenak (sehat), lan (dan) suka (senang) sajroning (dalam) prihatin (penderitaan). Ada peribahasa, sama-sama belajarlah juga, sakit dalam sehat, dan suka dalam penderitaan.

Karena ada peribahasa, belajarlah sakit dalam sehat, suka dalam derita. Ini adalah pemahaman orang-orang yang telah sempurna mengenal Tuhan. Bagi mereka semua yang datang dari Tuhan adalah wujud kasihNya, bahkan ketika sedang mengalami sebuah musibah pun mereka tak beranggapan itu sebagai kemarahan Tuhan namun mereka menganggapnya sebagai bentuk perhatian, isyarat kasih sayang.

Yang pertama tenang lara sajroning kepenak. Sebenarnya terjemahan kata kepenak dengan sehat tidak terlalu tepat, yang pas adalah sejahtera, berkecukupan karena kata kepenak mengisyaratkan keadaan sehatnya badan dan senangnya hati. Jadi maknanya walau sedang sejahtera berkecukupan tetaplah jangan melalaikan tirakat, hidup layaknya orang miskin, selalu prihatin, agar hati senantiasa mengingat Tuhan.

Yang kedua tentang suka sajroning prihatin. Ini berkebalikan dengan yang di atas. Dalam hal ini ketika kita sedang tertimpa musibah atau kehidupan tidak menyenangkan, serba sulit, serba kepepet, maka hendaklah ingat itu semua datang dari Allah sebagai bentuk perhatianNya kepada kita. Mungkin ada hikmah tersembunyi yang tidak tampak oleh mata kita yang selalu rabun akan kasihNya ini. Apa yang kita terima ini adalah laksana cubitan kekasih, walau terasa sakit di kulit tetapi hati kita senang karenanya. Inilah yang dimaksud suka dalam derita.

Lawan (dan) ingkang (yang) prihatin (menderita), mapan (tempat) suka (senang) ing (di) jronipun (dalamnya), iku (itu) den (di) sinauwa (pelajarilah). Dan yang menderita, di situ ada senang di dalamnya, seperti itu pelajarilah juga.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam keadaan prihatin, menderita, sengsara, ada kesenangan di dalamnya. Kesenangan itu timbul manakala kita sadar bahwa itu semua adalah bentuk perhatian Tuhan, ungkapan kasih-sayangNya. Yang demikian ini harap pelajarilah juga.

Lan (dan) mati (mati) sajroning (dalam) urip (hidup), ingkang (yang) kuna (zaman kuna) pan (memang) mangkono (demikian itu) kang (yang) den gulang (dilatih). Dan mati dalam hidup, yang zaman kuna memang yang demikian itu yang dilatih.

Mati sajroning urip dimaknai sebagai matinya diri, meniadakan kehendak pribadi dan hanya menuruti kehendak Allah seolah diri lebur atau manunggal dengan Tuhan. Inilah yang disebut manunggaling kawula-Gusti dalam berbagai literatur tasauf. Namun dalam dunia tasauf ada banyak teori dan metode bagi yang ingin mengalami keadaan ini. Hal itu karena memang dalam tasauf yang dipelajari adalah ilmu dengan laku, teori dan metode.

Kita takkan terlalu jauh masuk ke pembahasan istilah ini menurut doktrin tasauf yang rumit dan musykil karena sang penggubah serat Wedatama ini menghendaki pembahasan yang singkat dan sederhana saja. Dalam bait-bait berikutnya kita akan memasuki pembahasan ini dengan cara penjelasan yang sederhana, agar semakin banyak yang memahami dan mendapat manfaat.

Namun demikian perlu kami tegaskan bahwa pengkaji tidak dalam posisi bersetuju atau menentang konsep yang digambarkan dalam serat ini. Tugas pengkaji hanya memperjelas saja agar yang dimaksud dalam serat ini dapat lebih mudah dipahami.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-231-mati-sajroning-urip/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...