Pada (bait) ke-268, Pupuh ke-13, Girisa, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Umure (umurnya) padha (sama, semua) dawaa (panjanglah), pada (sama) atut (rukun) aruntuta (harmonis, sesuai), marang (kepada) sadulure (saudaranya) padha (sama). Semuanya panjang umur, rukun dan harmonis, kepada saudaranya juga.
Harapan sang penggubah serat ini, semoga umurnya anak cucu panjang-panjang, semoga semua rukun dan harmonis antara sesama keluarga, sesama saudara pun demikian. Jauh dari pertikaian dan saling jegal menggulingkan. Jauh dari sikap saling fitnah dan saling mencelakakan. Yang diinginkan bisalah salaing mendukung dalam kehendak dan kemauan antara sesama keluarga besar semuanya.
Sugiha (kayalah) donya barana (harta benda), tanapi (juga) sugiha (banyaklah) putra (anak), pepaka (lengkaplah) jalu (lelaki) wanodya (perempuan). Semua kaya harta benda, dan juga banyaklah anak, lengkap laki-laki perempuan.
Semoga berkecukupan dalam harta benda. Dan juga dikaruniai banyak anak-anak, lengkap anak laki-laki dan anak perempuan.
Ini adalah lambang dari orang yang kaya, yakni mempunyai harta dan banyak anak. Kalau hanya memiliki salah satunya tidaklah bisa disebut sebagai orang kaya, wong sugih. Banyak harta tak punya anak akan kesepian tiada tara, serasa hampa hidupnya. Sebaliknya banyak anak tak punya harta akan pusing tujuh keliling. Harapannya semoga anak cucu mempunyai keduanya, agar sempurnalah kekayaannya.
Kalawan (dan) maninge (lagi) aja (jangan), nganti (sampai) kapegatan (terputus) tresna (cinta). Dan lagi jangan, sampai terputus cinta.
Dan juga jangan sampai terputus cintanya dalam kehidupan perkawinan. Bisa karena cerai hidup atau cersi mati. Akan berbeda rasanya kalau sampai itu terjadi. Hidup berkurang rasa nikmatnya karena tak dijalani bersama orang tercinta. Inilah harapannya. Semoga Allah mengabulkan.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-268-sugih-brana-miwah-putra/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar