Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (249): Prasapa Pakubuwana III

 Pada (bait) ke-249, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Prasapa Jeng Susuhunan,
Pakubuwana kaping tri,
mring satedhak turunira.
Mapan datan den lilani,
agawe andel ugi,
wong kang seje jinisipun,
puniku linarangan.
Anak putu wuri-wuri,
poma aja wani anrajang prasapa.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Prasapa Kanjeng Susuhunan,
Pakubuwana yang ketiga,
kepada anak keturunannya.
Memang tidak diijinkan,
mengangkat kepercayaan,
dari orang yang berbeda jenis bangsanya,
yang demikian itu dilarang.
Anak cucu yang akhir-akhir ini,
ingatlah jangan berani melanggar prasapa.


Kajian per kata:

Prasapa (prasapa) Jeng (Kanjeng) Susuhunan (Susuhunan), Pakubuwana (Pakubuwana) kaping tri (yang ke-3), mring (kepada) satedhak turunira (anak keturunannya). Prasapa Kanjeng Susuhunan, Pakubuwana yang ketiga, kepada anak keturunannya.

Inilah prasapanya Susuhunan Pajubuwana Ketiga, namun sebelum kita membahasnya marilah kita lihat sekilas riwayat tokoh ini.

Pakubuwana III adalah anak dari Pakubuwana II, yang selain mewarisi tahta juga mewarisi kekacauan di dalamnya. Anehnya yang melantiknya adalah Baron von Hohendorff, Gubernur pesisir Jawa bagian timur yang mewakili VOC. PB III meneruskan perang suksesi Jawa III yang telah berkobar sejak ayahnya menjabat. Menghadapi Pangeran Mangkubumi yang telah bersekutu dengan Pangeran Sambernyawa, PB III merasa kewalahan. Akhirnya dia menawarkan perdamaian, dan lahirlah perjanjian Giyanti, 1755M. Dengan demikian Kerajaan Surakarta terpecah menjadi 2 kerajaan, Surakarta dan Yogyakarta dengan Sultan Hamengkubuwana I.

Pangeran Sambernyawa yang belum mendapat bagian kerajaan meneruskan perjuangan hingga akhirnya ditawari pula pembagian kerajaan, namun tidak seperti Mangkubumi yang mendapat kedudukan setara Mangkunegara hanya mendapat kerajaan setingkat kadipaten saja. Inilah yang kemudian menjadi praja Mangkunegaran, dengan Sambernyawa menjadi penguasa pertamanya bergelar KGPAA Mangkunegara I. Dengan ini kerajaan Surakarta sebagai penerus Mataram sudah terpecah menjadi 3 wilayah kecil yang kelak masing-masing berdaulat sendiri.

Pakubuwana III adalah raja yang sangat tunduk kepada VOC karena kekuasaannya sangat bergantung pada dukungan kongsi dagang dari Belanda itu. Kita kembali pada kajian kita, inilah prasapa Kanjeng Susuhunan Pakubuwana III.

Mapan (memang) datan (tidak) den lilani (diijinkan), agawe (mengangkat) andel (kepercayaan) ugi (juga), wong (orang) kang (yang) seje (berbeda) jinisipun (jenisnya bangsanya), puniku (demikian itu) linarangan (dilarang). Memang tidak diijinkan, mengangkat kepercayaan, dari orang yang berbeda jenis bangsanya, yang demikian itu dilarang.

Anak keturunannya tidak boleh mengangkat orang kepercayaan dari bangsa asing. Suatu prasapa yang ironis mengingat dia sendiri sangat bergantung dan dekat dengan para penjajah Belanda. Namun mungkin juga ini semacam perlawanan batin, karena raja berikutnya yang tak lain putranya sendiri ternyata seorang pemberani. Dari kaca mata ini prasapanya tak sia-sia.

Anak (anak) putu (cucu) wuriwuri (yang akhir-akhir), poma (ingatlah) aja (jangan) wani (berani) anrajang (melanggar) prasapa (prasapa). Anak cucu yang akhir-akhir ini, ingatlah jangan berani melanggar prasapa.

Anak cucu di kemudian hari, diharap jangan sampai melanggar prasapa tersebut. Kita tidak tahu pasti mengapa PB III mengeluarkan prasapa ini, namun pada masa sebelum dia menjadi raja pernah ada huru-hara oleh pasukan  pemberontak yang dipimpin Sunan Kuning, seorang pangeran muda yang didukung oleh orang-orang Cina. Apakah  peristiwa ini menjadi sebab dari keluarnya prasapa ini? Wallahu a’lam.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-249-prasapa-pakubuwana-iii/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...