Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (197): Dimen Padhang Tyasira

 Pada (bait) ke-197, Pupuh ke-11, Asmarandana, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Parentahira Hyang Widdhi,
kang dhawuh mring Nabiyullah,
ing Dalil Kadis anggone,
aja na padha sembrana,
rasakna den karasa,
Dalil Kadis rasanipun,
dimene padhang tyasira.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Perintah Yang Maha Benar,
yang memberi perintah melalui NabiNya,
dalam dalil (Al Quran) dan Hadits tempatnya.
Jangan anggap sembarangan,
rasakan supaya paham,
maknanya Dalil dan Hadits.
Agar teranglah hatimu.


Kajian per kata:

Parentahira (perintah) Hyang (Yang) Widdhi (Maha Benar), kang (yang) dhawuh (memberi perintah) marang (kepada) Nabiyullah (Nabi Allah), ing (dalam) Dalil (dalil Al Qur’an) Khadis (Hadits) anggone (tempatnya). Perintah Yang Maha Benar, yang memberi perintah melalui NabiNya, dalam dalil (Al Quran) dan Hadits tempatnya.

Itu semua adalah perintah Tuhan, yakni syari’at yang diturunkan kepada Nabi Allah. Dalam Al Quran dan  Hadits lah tempatnya semua syariat itu. Dalam bait ini nama Allah disebut dengan Hyang Widhi, Yang Maha Benar, mengisyaratkan bahwa perintah itu benar karena diturunkan oleh Yang Maha Benar. Jadi jangan diragukan lagi.

Aja na(jangan) padha (sama) sembrana (sembarangan), rasakna (rasakan) den (supaya) karasa (terasa, paham), Dalil (dalil) Kadis (Hadits) rasanipun (maknanya). Jangan anggap sembarangan, rasakan supaya paham, Dalil dan Hadits maknanya.

Oleh karena itu jangan sembarangan, jangan main-main, yang sungguh-sungguh dalam menanggapi perintah tersebut. Rasakan supaya paham. Dalam menjalankan perintah tersebut rasakanlah di hati, renungkanlah, jangan hanya tubuhmu  saja yang bergerak mengikuti sunnah. jika tubuhmu merunduk dalam ruku’ hatimu juga harus menghormat, jika tubuhmu bersujud hatimu juga harus tunduk.

Dimene (agar) padhang (teranglah) tyasira (hatimu). Agar teranglah hatimu.

Setelah paham dan merasuk dalam hati semoga hatimu menjadi terang. Padahang di sini berarti tidak ada yang samar-samar atau tidak jelas, sudah mencapai keyakinan sejati. Ini hanya dapat dicapai melalui ibadah lahir dan batin. Dalam kajian serat Wedatama yang telah kita tuntaskan, ada empat lapis ibadah yang yang harus dikerjakan manusia dalam melaksanakan syariat, yakni: sembah raga, sembah sipta (kalbu), sembah jiwa, sembah rasa.

Yang dimaksud empat sembah bukanlah berdiri sendiri-sendiri, tetapi manakala seseorang melakukan kewajiban syariat, maka kalbu, jiwa dan rasa juga harus mengikuti kusyu dalam peribadatan.

Tidak boleh seseorang yang sedang sembahyang, misalnya, ketika tubuhnya melakukan gerakan sembahyang, hatinya malah teringat pada bakul nasi. Untuk mengingat kembali tentang empat sembah ini silakan buka kembali kajian Serat Wedatama yang telah kita tuntaskan pada sub-kategori Serat Wedatama di situs ini.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-197-dimen-padhang-tyasira/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...