Pada (bait) ke-220;221, Pupuh ke-11, Asmarandana, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Nonoman (anak-anak muda) ing (di) mengko (zaman) iki (kini), yen (kalau) dituturi (dinasihati) raharja (kebaikan), arang (jarang) ingkang (yang) ngrungokake (mendengarkan). Anak-anak muda zaman kini, kalau dinasehati dalam kebaikan, jarang yang mendengarkan.
Tampaknya ini adalah fenomena sepanjang sejarah manusia. Memang anak-anak muda sebagian besar bersifat seperti itu. Itu karena mereka masih mempunyai jiwa muda yang penuh semangat, selalu ingin mencoba hal yang baru, tidak takut tantangan dan tergesa-gesa untuk unjuk kebolehan. Mereka cenderung melihat orang tua sebagai orang yang konservatif dan lamban. Kurang sabaran, itulah inti dari sikap mereka.
Den (di) samur (samar) asembranan (dengan bercandaan), emoh (ogah) yen (kalau) aniruaa (menirunya), malah (malah) males (balas) pitutur (menasihati). Disamarkan dengan bercandaan, ogah kalau menirunya, malah balas menasihati.
Maka tak aneh kalau dinasihati malah gantian berceramah, seolah sudah paling tahu tentang segala hal. Itulah jika ilmu masih sejengkal, dalam laut pun hendak diduga. Yang demikian memang sangat umum pada anak-anak muda, atau siapapun yang masih pemula dalam segala hal.
Pangrasane (anggapannya) pan wus (sudah) wignya (lebih paham). Anggapannya sudah lebih paham.
Mereka merasa lebih paham dari yang lain. Tidak mengerti bahwa dunia ini luas. Tidak mengerti jika ilmu pengetahuan itu banyak dan luas, seluas samudra yang tak bertepi. Tapi mereka tak mengerti, karena ibarat orang melaut baru sampai di muara belum mengenal luasnya lautan.
Aja (jangan) na (ada) mangkono (demikian) ugi (juga), yen (kalau) ana (ada) wong (orang) kang (yang) carita (bercerita), rungokena (dengarkan) saunine (apa katanya). Janganlah demikian itu, kalau ada orang yang bercerita, dengarkan apa katanya.
Janganlah bersikap demikian. Sebagai orang tua yang sudah kenyang pengalaman penggubah serat ini bertutur agar anak-anak muda dapat mengambil manfaat. Jika ada orang yang bercerita dengarkanlah apa pun yang dikatakannya. Toh tidak ada ruginya sekedar mendengarkan.
Ingkang (yang) becik (baik) siranggowa (engkau pakai), buwangen (buanglah) ingkang (yang) ala (buruk). Yang baik engkau pakaiolah, buanglah yang buruk.
Jika ada hal-hal yang baik dan dapat dicontoh pakailah perkataannya itu sebagai tambahan pengetahuan. Jika ada yang buruk buanglah, hindarilah, setidaknya kita tahu tentang sesuatu yang buruk dari orang lain, tidak harus mengalaminya sendiri.
Anggiten (tanamkan) sajroning (di dalam) kalbu (hati), ywa (jangan) nganggo (memakai) budi (cara pikir) nonoman (anak-anak muda itu). Tanamkan di dalam hati, jangan memakai cara pikir anak-anak muda itu.
Tanamkan dalam hati, apa-apa yang kaudengar itu. Sebagai tambahan pengetahuan yang kelak mungkin akan berguna. Tidak ada salahnya mengetahui tentang banyak hal dari pengalaman orang lain. Jangan malah bersikap abai seperti halnya anak-anak muda yang disinggung di awal bait ini.
Gatra terakhir ywa nganggo budi nomnoman juga merupakan isyarat akan masuk ke Pupuh Sinom pada bait berikutnya.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-220221-anganggo-becik-ambuwang-ala/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar