Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (251): Wewaler Demak Madiun Madura

 Pada (bait) ke-251, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Dene sesirikanira,
yen tedhak ing Demak nenggih,
mangangge wulung tan kena,
ana kang nyenyirik malih,
bebed lonthang tan keni,
kalamun tedhak Madiyun,
lan payung dhandhan abang,
tedhak Madura tan keni,
nganggo poleng lan bathikan parang rusak.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Adapun yang harus dihindari,
bagi keturunan di Demak yakni,
memakai pakaian wulung tak boleh.
Ada harus dihindari lagi,
kain bebet lonthang tidak boleh.
Kalau keturunan Madiun,
memakai payung Dhandhan merah.
Keturunan Madura tak boleh,
memakai kain poleng dan memakai batik motif parang rusak.


Kajian per kata:

Dene (adapun) sesirikanira (yang harus dihindari), yen (kalau) tedhak (keturunan) ing (di) Demak (Demak) nenggih (yakni), mangangge (memakai pakaian) wulung (biru kehitaman ungu) tan (tak) kena (boleh). Adapun yang harus dihindari, bagi keturunan di Demak yakni, memakai pakaian wulung tak boleh.

Wulung adalah warna ungu tua kebiru-biruan cenderung kehitaman, seperti warna bambu wulung. Orang-orang Demak dilarang memakai pakain berwarna wulung ini. Kami belum mengetahu alasan larangan ini, tetapi Sunan Kalijaga yang sangat akrab dan dimakamkan di Kadilangu Demak adalah penggemar warna ini.

Ana (ada) kang (yang) nyenyirik (menghindari) malih (lagi), bebed (kain bebet) lonthang (lonthang) tan (tak) keni (boleh). Ada harus dihindari lagi, kain bebet lonthang tidak boleh.

Ada juga larangan lagi, yakni dilarang memakai kain bebed bermotif lonthang, yakni motif bergaris warna-warni. Bebed adalah kain yang dipakai sebagai bawahan, seperti sarung.

Kalamun (kalau) tedhak (turunan) Madiyun (Madiun), lan (dengan) payung (payung) dhandhan (bertangkai) abang (merah). Kalau keturunan Madiun, memakai payung Dhandhan merah.

Kalau keturunan Madiun dilarang memakai payung bertangkai merah. Payung yang dimaksud adalah payung tradisional yang biasanya tangkainya terbuat dari kayu.

Tedhak  (turunan) Madura (Madura) tan (tak) keni (boleh), nganggo (memakai) poleng (poleng) lan (dan) bathikan (memakai batik) parang (parang) rusak (rusak). Keturunan Madura tak boleh, memakai kain poleng dan memakai batik motif parang rusak.

Keturunan Madura tak boleh memakai kain motif poleng, yakni motif kain kotak-kotak seperti sarungnya Bima yang motif mirip papan catur itu. Ada beberapa varian warna dan jenis kotak-kotaknya. Juga tidak boleh memakai kain batik bermotif parang rusak, yakni motif batik yang berdasar gambar seperti huruf s saling berkait bersinambungan.Parang rusak sendiri merupakan motif batik parang yang diciptakan oleh Panembahan Senapati. Selain Parang rusak ada beberapa motif parang lain, parang barong, parang slobog dan parang klithik. Semua berdasar huruf S bersambung, hanya berbeda dalam polanya saja.

Semua larangan itu pasti ada sejarah atau alasan dibaliknya, namun kami belum menemukan alasan tersebut.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-251-wewaler-demak-madiun-madura/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...