Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (238): Andhap Asor Anamur Lampah

 Pada (bait) ke-238, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Para leluhur sedaya,
nggone nenedha mring Widhi,
bisaa baboni praja,
dadi ugering rat Jawi.
Saking telateneki,
anggone katiban wahyu,
ing mula mulanira.
Lakune leluhur dingin,
andhap asor anggone anamur lampah.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Para leluhur semua,
dalam mereka memohon kepada Tuhan,
agar dapat mengelola negara,
menjadi pedoman di tanah Jawa.
Karena ketekunan mereka,
dalam mendapat wahyu,
di awal mulanya.
Perilakunya leluhur dahulu,
rendah hati dalam menyamarkan laku.


Kajian per kata:

Dalam bait sebelumnya telah disinggung bahwa apa yang sekiranya baik untuk kita, maka seyogyanya kita lakukan, walau sebuah keberhasilan tetap ditentukan oleh anugrah Tuhan semata. Hal itu karena Tuhan takkan mendholimi usaha hambanya, dalam pengertian jika seorang hamba bersungguh-sungguh dalam memohon, maka suatu saat pasti dikabulkan, atau diberi petunjuk ke jalan keselamatan. Hal itu sudah dicontohkan oleh para leluhur pendiri dinasti Mataram.

Para (para) leluhur (leluhur) sedaya (semua), nggone (dalam mereka) nenedha (memohon) mring (kepada) Widhi (Tuhan), bisaa (agar dapat) baboni (mengelola) praja (negara), dadi (menjadi) ugering (pedoman) rat (jagad, wilayah, tanah) Jawi (Jawa). Para leluhur semua, dalam mereka memohon kepada Tuhan, agar dapat mengelola negara, menjadi pedoman di tanah Jawa.

Para leluhur semua, para pendiri kerajaan Mataram, yakni Ki Pemanahan, Ki Juru Martani dan Ki Panjawi, dalam memohon kepada Tuhan agar dapat mengelola negara dan menjadi pedoman wilayah tanah Jawa, benar-benar bersungguh-sungguh. Mereka menjalani laku tirakat yang berat agar anak cucu mereka menemui kemuliaan.

Saking (karena) telateneki (ketekunan mereka), anggone (dalam) katiban (mendapat) wahyu (wahyu), Karena ketekunan mereka, dalam mereka mendapat wahyu.

Karena ketekunan mereka, akhirnya mereka mendapatkan wahyu tanah Jawa. Merekalah yang akhirnya terpilih menjadi penguasa tanah Jawa dengan berdirinya kerajaan Mataram, sebagai penerus kerajaan Demak yang runtuh akibat pertikaian politik para elit kerajaan. Sebelum berdiri kerajaan Mataram sebenarnya pusat kerajaan telah pindah ke Pajang, yang sekarang masuk dalam wilayah. Namun rakyat lebih suka mengabdi kepada kerajaan Mataram yang waktu itu masih berupa wilayah perdikan kecil di bekas hutan Mentaok. Semua itu karena melihat kesungguhan para pendiri kerajaan dalam mengelola negara.

Ing (di) mula (awal) mulanira (mulanya), lakune (perilakunya) leluhur (leluhur) dingin (dahulu), andhap asor (rendah hati) anggone (dalam) anamur (menyamarkan) lampah (laku). Di awal mulanya, perilakunya leluhur dahulu, rendah hati dalam menyamarkan laku.

Yang pada awal mulanya perilaku para pendiri kerajaan itu rendah hati dan menyamarkan laku. Tidak menunjukkan ambisi pribadi yang berlebihan.

Itulah mungkin yang membuat rakyat suka dan dengan senang hati bergabung, berbondong-bondong membuka lahan di Mataram yang waktu itu masih berupa hutan belantara. Pada zaman dahulu selain wilayahnya sebuah negara juga ditentukan oleh rakyat yang ikut mengabdi. Akan percuma saja sebuah negara yang wilayahnya besar tapi tidak ada penduduknya. Dan para pendiri kerajaan Mataram itu berhasil menarik simpati masyarakat sehingga ingin bergabung, maka jadilah sebuah negara besar Mataram yang sampai saat ini telah berusia 500 tahun.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-238-andhap-asor-anamur-lampah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...