Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (186;187): Den Eling Sangkaning Kamukten

 Pada (bait) ke-186;187, Pupuh ke-10, Mijil, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Krana ingkang kaprah mangsa iki,
anggone angrengkoh,
tan rumangsa lamun ngempek empek.
Ing batine datan nedya eling,
kamuktene iki,
ngendi sangkanipun.

Lamun eling jalarane mukti,
pasthine tan ngrengkoh.
Saka durung bisa ngrasakake,
ing pitutur engkang dhingin-dhingin.
Sarta tan praduli,
ing wong sepuh.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Karena yang lazim di zman ini,
dalam bersikap,
tidak merasa kalau berlindung.
Dalam batinnya tidak hendak ingat,
bahwa hidupnya yang berkecukupan ini,
darimana asalnya.

Kalau ingat sebab berkecukupan,
pastinya takkan bersikap seperti itu.
Karena belum bisa merasakan,
pada nasihat orang dulu-dulu.
Serta tak peduli,
ajaran para orang tua.


Kajian per kata:

Krana (karena) ingkang (yang) kaprah (lazim) mangsa (zaman) iki (ini), anggone (dalam) angrengkoh (bersikap), tan (tidak) rumangsa (merasa) lamun (kalau) ngempek empek (berlindung). Karena yang lazim di zman ini, dalam bersikap, tidak merasa kalau berlindung.

Karena yang lazim di zaman sekarang ini, dalam bersikap tak merasa sebagai orang yang berlindung. Tidak sadar bahwa dirinya menerima pengayoman dari Raja. Tidak sadar bahwa dirinya hanya menumpang hidup di kerajaan.

Ing (dalam) batine (hati) datan (tidak) nedya (hendak) eling (ingat), kamuktene (kecukupannya) iki (ini), ngendi (darimana) sangkanipun (asalnya). Dalam batinnya tidak hendak ingat, bahwa hidupnya yang berkecukupan ini, darimana asalnya.

Dalam batinnya juga tidak berkehendak mengingat, bahwa hidupnya yang sekarang berkecukupan, dengan terpenuhinya sandang pangan, kedudukan dan jabatan, itu semua diperoleh lewat perantaraan Raja. Jika Raja tak memberi kesempatan untuk berkarir dan memegang jabatan maka mustahi semua itu diperoleh, tapi kok ya tidak menyadari itu semua.

Lamun (kalau) eling (ingat) jalarane (sebab) mukti (berkecukupan), pasthine (pastinya) tan (tidak) ngrengkoh (bersikap seperti itu). Kalau ingat sebab berkecukupan, pastinya takkan bersikap seperti itu.

Jika memang mengingat asal muasal dari apa yang dicapainya kini, tentulah sikapnya tidak demikian, abai atau membantah atau menghindar perintah Raja.

Saka (karena) durung (belum) bisa (bisa) ngrasakake (merasakan), ing (pada) pitutur (nasihat) engkang (yang) dhingindhingin (dulu-dulu). Karena belum bisa merasakan, pada nasihat orang dulu-dulu.

Atau dia bersikap demikian itu karena belum memahami nasihat orang dulu-dulu. Boleh jadi karena ketidaktahuannya akan sikap yang semestinya dilakukan.

Sarta (serta) tan (tak) praduli (peduli), wuruking (ajaran) wong (orang) sepuh (tua). Serta tak peduli, ajaran para orang tua.

Atau mungkin memang karena tidak peduli dengan ajaran para orang-orang tua. Itu bisa saja terjadi karena memang orang-orang muda belum berpengalaman dalam kehidupan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-186187-den-eling-sangkaning-kamukten/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...