Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (265): Tetakona Mring Wong Tuwa

 Pada (bait) ke-265, Pupuh ke-13, Girisa, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Yen durung mangerti sira,
caritane takokena.
Ya marang wong tuwa-tuwa,
kang padha weruh ing carita.
Iku ingkang dadi uga,
mundhak kapinteranira.
Nanging ta dipunelinga,
sabarang kang kapiyarsa

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Kalau belum mengerti engkau,
ceritanya tanyakanlah.
Kepada orang tua-tua,
yang mengetahui tentang ceritera.
Itu yang juga menjadi,
bertambah kepandaianmu.
Tetapi harap diingat,
semua yang kaudengar.


Kajian per kata:

Yen (kalau) durung (belum) mangerti (mengerti) sira (engkau), caritane (ceritanya) takokena (tanyakanlah). Kalau belum mengerti engkau, ceritanya tanyakanlah.

Bait ini berisi anjuran untuk bertanya-tanya kepada yang lebih tahu apabila kita mendapati diri kita tidak mempunyai pengetahuan yang cukup. Daripada penasaran dan kemudian membuat langkah yang tidak ilmiah dengan menduga-duga, atau memperturutkan opini publik yang kadang sesat lebih baik bertanya langsung kepada sumber atau otoritas yang terpercaya.

Ya marang (kepada) wong (orang) tuwatuwa (tua-tua), kang (yang) padha weruh (mengetahui) ing (tentang) carita (ceritera). Kepada orang tua-tua, yang mengetahui tentang ceritera.

Yaitu kepada orang-orang yang tua-tua, merekalah yang mengetahui tentang ceritera-ceritera di masa lalu. Inilah perlunya belajar sejarah. Dalam kejadian di sekitar kita yang bersifat lokal pun kadang harus digali ceritera dari para orang tua. Apalagi jika mencari dokumen tulis tentang kejadian yang tidak menonjol dan bersifat lokal, maka akan sulit kita menemukannya. Orang-orang tualah satu-satunya sumber cerita yang tersisa.

Iku (itu) ingkang (yang) dadi (menjadi) uga (juga), mundhak (bertambah) kapinteranira (kepandaianmu). Itu yang juga menjadi, bertambah kepandaianmu.

Dengan bertanya-tanya kita menjadi bertambah pengetahuan dan kaya wawasan. Mengetahui sejarah itu penting agar pandangan dunia kita lebih luas, tidak terkungkung dalalam kotak sempit pemahaman, seperti pepatah: ibarat katak dalam tempurung.

Nanging (tetapi) ta (harap) dipunelinga (diingat), sabarang (semua) kang (yang) kapiyarsa (kaudengar). Tetapi harap diingat, semua yang kaudengar.

Tetapi harus juga diingat semua hal yang didengar itu. Eling di sini selain bermakna mengingat peristiwanya juga mengingat pesan yang disampaikan. Kemudian jika membaca atau mendengar sejarah maka analisalah dengan cermat. Karena sejarah adalah cerita tentang pandangan orang terhadap suatu kejadian, jadi bisa saja bias dalam penyampaian. Atau bisa saja dipahami berbeda oleh orang per orang yang menyaksikan. Maka diperlukan analisa yang mendalam untuk sampai pada kesimpulan akhir.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-265-tetakona-mring-wong-tuwa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...