Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (232): Pamoring Gusti Kawula

 Pada (bait) ke-232, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Pamoring gusti kawula,
punika ingkang sayekti.
Dadine sotyaludira,
iku den waspada ugi.
Gampangane ta kaki,
tembaga lan emas iku,
linebur ing dahana,
luluh awor dadi siji,
mari nama tembaga tuwin kencana.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Menyatunya Gusti-kawula,
itulah yang sebenarnya.
Menjadi sotya ludira,
itu diwaspadai juga.
Mudahnya anakku,
tembaga dan emas itu,
dilebur dalam api,
leleh bercampur menjadi satu.
Hilanglah nama tembaga dan emasnya.


Kajian per kata:

Pamoring (menyatunya) gusti (Gusti) kawula (kawula), punika (itulah) ingkang (yang) sayekti (sebenarnya). Menyatunya Gusti-kawula, itulah yang sebenarnya.

Menyatunya kawula-Gusti adalah isu penting yang sudah sering dibahas dan karena itu pula sering disalahpahami. Bait ini dan beberapa bait ke depan hanyalah sebuah cara agar kita dapat memahami konsep tersebut secara sederhana.

Dadine (menjadi) sotyaludira (sesotya ludira, sebuah istilah dalam doktrin tasawuf martabat tujuh), iku (itu) den waspada (diwaspadai) ugi (juga). Menjadi sotya ludira, itu diwaspadai juga.

Menyatunya kawula-Gusti yang sebenarnya, akan menjadi sesotya ludira. Sesotya-ludira yang dimaksud di sini adalah sesotya atau darah yang memancar berkilauan dari alam jisim. Menurut Dr. Simuh dalam Mistik Islam Kejawen Raden Ngabei Ranggawarsita, ini adalah sebuah istilah dalam doktrin martabat tujuh, sebuah doktrin yang dikembangkan dari ajaran seorang sufi dari Gujarat Muhammad Ibn Fadlillah, yang didasarkan atas konsep wahdatul wujud dari Ibnu Arabi.

Konsep martabat tujuh ini telah diuraikan secara rinci dalam Serat Wirid Hidayat Jati karya R. Ng. Ranggawarsita. Penjelasannya akan memakan banyak waktu dan tempat dan akan sangat sulit. Harus waspada jikalau hendak membahas masalah ini, maka sesuai yang diinginkan penggubah serat ini, perlu dijelaskan dengan cara yang lebih sederhana sebagai berikuti ini.

Gampangane (mudahnya) ta kaki (anakku), tembaga (tembaga) lan (dan) emas (emas) iku (itu), linebur (dilebur) ing (dalam) dahana (api), luluh (leleh) awor (bercampur) dadi (menjadi) siji (satu). Mudahnya anakku, tembaga dan emas itu, dilebur dalam api, leleh bercampur menjadi satu.

Konsep pamoring kawula-Gusti dapat diibaratkan dengan bercampurnya emas dan tembaga yang dilebur dalam api. Keduanya meleleh dan bercampur sempurna menjadi satu. Campuran itu membentuk logam baru yang tidak lagi bersifat sebagai emas dan tidak pula bersifat sebagai tembaga.

Mari (selesai, sudah, hilang) nama (nama) tembaga (tembaga) tuwin (serta) kencana (emas). Hilanglah nama tembaga dan emasnya.

Hilang sudah sifat emasnya dan hilang juga sifat tembaganya,  telah berganti menjadi sesuatu logam yang baru yang berbeda dari unsur-unsur penyusunnya. Maka namanya juga sudah bukan tembaga lagi, atau juga bukan emas lagi. Itu akan dinamai dengan nama yang baru.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-232-pamoring-gusti-kawula/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...