Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (209;210): Nenedha Mrih Arjaning Praja

 Pada (bait) ke-209;210, Pupuh ke-11, Asmarandana, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Iku uga dipun eling,
kalamun mulyaning praja,
mupangati mring wong akeh.
Ing rina wengi tan pegat,
nenedha mring Pangeran.
Luluse kraton Sang Prabu,
miwah arjaning negara.

Iku wewalesing batin,
mungguh wong suwiteng Nata.
Ing lair setya tuhu,
kalawan nyadhang ing karsa,
badan datan nglenggana.
Ing siyang dalu pan katur,
atur pati uripira.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Itu juga harus diingat,
kesejahteraan negara,
akan memberi manfaat kepada orang banyak.
Di siang malam tiada putusnya,
bersyukur kepada Tuhan.
Atas lestarinya kerajaan sang Raja,
serta ketentaraman negara.

Itulah balas budi yang pantas dalam batin,
bagi orang yang mengabdi Raja.
Dalam lahirnya setia  dan patuh,
dengan selalu siap menerima kehendak,
badan tidak membangkang.
Di siang malam akan dipersembahkan,
menyerahkan mati dan hidupnya.


Kajian per kata:

Iku (itu) uga (juga) dipun (di) eling (ingat), kalamun (jikalau) mulyaning (kesejahteraan) praja (negara), mupangati (memberi manfaat) mring (kepada) wong (orang) akeh (banyak). Itu juga harus diingat, kesejahteraan negara, akan memberi manfaat kepada orang banyak.

Jika negara sejahtera maka akan memberi manfaat kepada orang banyak. Rakyat bergembira semangat dalam bekerja,  para pendatang pun senang karena untung bedagang. Negara lain pun hormat dan tidak ragu menjalin kerjasama. Negara akan bertambah makmur setiap harinya.

Ing (di) rina (siang) wengi (malam) tan (tiada) pegat (putusnya), nenedha (memohon) mring (kepada) Pangeran (Tuhan), luluse (lestari) kraton (kerajaan) Sang Prabu (sang Raja), miwah (serta) arjaning (ketenteraman) negara (negara). Di siang malam tiada putusnya, bersyukur kepada Tuhan. Atas lestarinya kerajaan sang Raja, serta ketentaraman negara.

Oleh karena itu sebagai punggawa negara, abdi raja, hendaklah tidak putus-putus memohon kepada Tuhan, lestarinya kerajaan sang Raja. Dan jug memohon ketenteraman negara. Jika negara tenteram sejahtera yang untung adalah semua warga negara, termasuk para punggawa kerajaan.

Iku (itulah) wewalesing (balas budi) batin (batin) , mungguh (bagi) wong (orang) suwiteng (mengabdi) Nata (Raja). Itulah balas budi yang pantas dalam batin, bagi orang yang mengabdi Raja.

Itulah balas budi, atau balas jasa yang pantas bagi orang yang mengabdi kepada Raja. Dengan menerima segala pemberian dan selalu memohon kepada Tuhan untuk kebaikan, maka rasa terima kasih kepada Raja sudah timbul dalam batin.

Ing (dalam) lair (lahir) setya (setia) tuhu (patuh), kalawan (dengan) nyadhang (siap menerima) ing karsa (kehendak), badan (badan) datan (tidak) nglenggana (membangkang). Dalam lahirnya setia  dan patuh, dengan selalu siap menerima kehendak, badan tidak membangkang.

Namun juga harus diimbangi dengan ungkapan terima kasih secara lahiriah, yakni dengan selalu patuh dan bersiap siag menerima perintah dan kehendak Raja. Secara batin ada rasa syukur, secara lahir badan tidak membangkang perintah. Inilah ungkapan rasa terima kasih lahir dan batin.

Ing (di) siyang (siang) dalu (malam) pan (akan) katur (dipersembahkan), atur (menyerahkan) pati (mati) uripira (hidupnya). Di siang malam akan dipersembahkanm menyerahkan mati dan hidupnya.

Maka hendaklah di siang dan malam hari badan ini dipersembahkan kepada Raja, dengan menyerahkan hidup dan matinya. Ini berarti tidak ada toleransi untuk pembangkangan sekecil apapun. Raja dalam sistem kepemimpinan lama adalah penguasa mutlak yang harus ditaati.

Jika terlihat bahwa dalam bait ini dan bait-bait sebelumnya terkesan ada ungkapan berlebihan dalam pengabdian kepada raja, seolah-olah memperlakukan Raja sebagai tuhan kecil, yang demikian itu karena dalam kerajaan Mataram Raja adalah wakil Tuhan sebagai penguasa di bumi ini. Konsep kepemimpinan seperti ini memang sudah menjadi sistem sejak Panembahan Senapati memakai gelar khalifatullah, yang artinya adalah wakil Allah. Ini konsep yang jauh berbeda dengan sistem khulafaurrasyidin yang empat, yang menempatkan khalifah sebagai wakil Nabi dalam mengurus kepentingan kaum muslimin. Banyak orang yang silau dengan kata khalifah dan menganggap kedua sistem sama.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-209210-nenedha-mrih-arjaning-praja/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...