Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (272): Tulusa Mukti Wibawa

 Pada (bait) ke-272, Pupuh ke-13, Girisa, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Sakehing wong kapengina,
aniru ing solah bawa,
marang anak putu padha.
Anggepe wedi asiha,
kinalulutan ing bala,
kedhepa saparentahnya.
Tulusa mukti wibawa,
ing satedhak turunira.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Semua orang menjadi inginlah,
meniru dalam tindak tanduknya,
kepada anak cucu semua.
Sikapnya takut dan hormatlah,
disegani oleh  bawahan,
segala perintahnya.
Mencapai berkecukupan dan berwibawa,
pada anak keturunannya.


Kajian per kata:

Sakehing (semua) wong (orang) kapengina (inginlah), aniru (meniru) ing (dalam) solah bawa (tindak tanduk), marang (kepada) anak (anak) putu  (cucu) padha (semua). Semua orang menjadi inginlah, meniru dalam tindak tanduknya, kepada anak cucu semua.

Sehingga semua orang yang melihat ingin menirunya, dalam tindak tanduk dan polah tingkah. Ini artinya anak cucu harus bisa menjadi orang baik dan menyenangkan orang lain. Baik akhlaknya, mulia adabnya, terpuji dalam tatakrama.

Anggepe (sikapnya) wedi (takut) asiha (dan hormatlah), kinalulutan (disegani)  ing (oleh) bala (bawahan), kedhepa (segala) saparentahnya (perintahnya). Sikapnya takut dan hormatlah, disegani oleh  bawahan, segala perintahnya.

Yang melihat tidak menjadi iri hati dengan kebaikan-kebaikan yang kita miliki apabila kita mampu bsersikap baik dan menyenangkan atau karyenak tysasing sasama, membuat enak hati orang. Sebagai gantinya mereka menjadi takut dan hormat, bukan takut dalam arti ingin menghindar, tapi takut dalam arti segan dan patuh.

Para bawahan menjadi segan, segala perintahnya dituruti karena tak enak hati jika menolak. Sikap demikian hanya dapat terjadi pada anak buah yang menaruh kepercayaan kepada atasan.

Tulusa (terlaksana, mencapai) mukti (berkecukupan) wibawa (berwibawa), ing (pada) satedhak turunira (anak keturunannya). Mencapai berkecukupan dan berwibawa, pada anak keturunannya.

Terlaksana hidup berkecukupan dan berwibawa, pada anak keturunannya. Kata mukti berarti bisa makan, maksudnya adalah berkecukupan dalam kebutuhan hidup sehati-hari. Oleh karena itu kata mukti sering diartikan sudah hidup enak dan bahagia, karena orang yang kebutuhannya tercukupi pasti hidupnya enak dan jauh dari rasa khawatir. Wibawa artinya disegani dan dihormati orang. Orang yang mukti wibawa adalah orang yang kebutuhannya tercukupi dan dihormati orang banyak. Ini adalah semulia-mulianya orang hidup, tak ada lagi yang lebih enak dalam hidup jika bisa memiliki dua hal itu.

Inilah harapan-harapan sang penggubah serat ini kepada anak cucu. Terkesan bahwa harapan ini muluk-muluk dan serba sempurna. Namun sebagai orang tua memang hanya itulah yang dapat dilakukan, berdoa kepada Tuhan agar semua harapan itu terkabul.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-272-tulusa-mukti-wibawa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...