Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (192;193): Den Brangta Ngelmu

 Pada (bait) ke-192;193, Pupuh ke-10, Mijil, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Kacek uga lan kang tanpa ngelmi,
sabarange kaot.
Ngelmi iku dene kangge,
saben dina gurokena dhingin.
Pan sarengat ugi,
parabot kang parlu.

Ngelmu sarengat puniku dadi,
wewadhah kang sayektos.
Kawruh tetelu kawengku kabeh,
kang sarengat,
kang lair myang batin.
Mulane den sami,
brangtaa ing ngelmu.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Ada beda juga dengan yang tanpa ilmu,
semua ada selisihnya.
Ilmu itu supaya berguna,
setiap hari ajarkanlah dahulu.
Akan halnya ilmu syariat juga,
itu perangkat yang perlu (bagi manusia).

Ilmu syariat itu menjadi,
wadah yang sejati.
Ilmu pengetahuan ketiganya dikuasai semua,
yang syariat, yang lahir dan batin.
Maka harap semua,
mencintai ilmu pengetahuan.


Kajian per kata:

Kacek (ada beda) uga (juga) lan (dengan) kang (yang) tanpa (tanpa) ngelmi (ngelmu), sabarange (semua) kaot (ada selisih). Ada beda juga dengan yang tanpa ilmu, semua ada selisihnya.

Ada perbedaan jauh antara orang berilmu dan tidak berilmu. Orang berilmu akan cepat mencari solusi dari masalah yang ada. sementara si bodoh akan gelagapan, bingung tak tahu apa yang mesthi dikerjakan.

Ngelmi (ilmu) iku (itu) dene (supaya) kangge (berguna), saben (tiap) dina (hari) gurokena (ajarkanlah) dhingin (dahulu). Ilmu itu supaya berguna, setiap hari ajarkanlah dahulu.

Ilmu itu akan berguna jika setiap hari diajarkan terlebih dahulu. Dengan mengajarkannya si empunya ilmu juga akan semakin pandai, semakin hapal di luar kepala. Kadang dalam mengajarkan malah akan muncul pengetahuan baru dari pertanyaan si murid-murid yang hadir.

Pan (akan halnya) sarengat (ilmu syariat) ugi (juga), parabot (itu alat) kang (yang) perlu (perlu). Akan halnya ilmu syariat juga, itu perangkat yang perlu (bagi manusia).

Akan halnya ilmu syariat, itu adalah perangkat yang perlu bagi orang hidup. Parabot diartikan sebagai kelangkapan yang diperlukan bagi seorang manusia untuk mempermudah kehidupannya. Tanpa perabot hidup manusia akan lebih sulit. Syariat dengan demikian akan memudahkan orang hidup, bukan mempersulitnya dalam suatu ikatan. Tanpa syariat manusia ibarat orang yang berjalan dalam gelap, syriat adalah segala petunjuk yang diperlukan untuk mengarahkan perjalanan hidupnya.

Ngelmu (ilmu)  sarengat (syariat) puniku (itu) dadi (menjadi), wewadhah (wadah) kang (yang) sayektos (sejati). Ilmu syariat itu menjadi, wadah yang sejati.

Ilmu syariat jug merupkan wadah dari ilmu-ilmu yang lain, tempat ilmu yang lain bernaung. Tak ada ilmu lain, jika bertentangn dengan syariat. Jika ada pastilah ilmu itu tak berguna alias bukan ilmu sejati.

Kawruh (pengetahuan) tetelu (ketiganya) kawengku (dikuasai) kabeh (semua), kang (yang) sarengat (syariat), kang (yang) lair (lahir) myang (dan) batin (batin). Ilmu pengetahuan ketiganya dikuasai semua, yang syariat, yang lahir dan batin.

Pengetahuan dalam ketiga hal itu perlu dikuasai semua, yang ilmu syariat harus dipelajari dengan tuntas, ilmu-ilmu lahir yang berkaitan dengan ketrampilan dan teknologi. Serta ilmu-ilmu batin yang berkaitan dengan pemuliaan diri, pitutur atau petuah dan cara-cara untuk meraih kesempurnaan jiwa manusia.

Mulane (maka) den (harap) sami (semua), brangtaa (mencintai) ing (pada) ngelmu (ilmu). Maka harap semua, mencintai ilmu pengetahuan.

Begitu pentingnya ilmu bagi manusia, maka harap semua, mencintai pada ilmu pengetahuan. Brangta berarti jatuh cinta, kata ini juga merupakan isyarat bahwa bait selanjutnya akan masuk ke Pupuh Asmarandana. Kata asmara mempunyai arti yang berdekatan dengan kata brangta.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-192193-den-brangta-ngelmu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...