Pada (bait) ke-227, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Lan (dan) aja (jangan) nalimpang (membelok, menikung) mada (mencela), mring (kepada) leluhur (leluhur) dhingin dhingin (dulu-dulu). Dan jangan menikung serta mencela, kepada para leluhur yang dulu-dulu.
Dan janganlah menelikung, membelok, menyimpang dengan mencela kepada semua yang dikatakan para leluhur itu. Bagaimana pun hidup mereka telah memberikan sebuah karya yang benar-benar terwujud. Bandingkan dengan diri kita yang baru penuh keinginan dan cita-cita, belum tentu semua atau sebagiannya akan tercapai kelak. Lebih baik jika dapat mengambil pelajaran dari mereka.
Satindake (segala perilaku) den (di) kawruhan (ketahui), ngurangi (mengurangi) dhahar (makan) lan (dan) guling (tidur). Segala perilaku pahamilah, dalam mengurangi makan dan tidur.
Misalnya dalam perilaku mereka yang berkaitan dengan mengurangi makan dan tidur. Itu adalah cara-cara yang mereka ajarkan dan sudah terbukti keampuhannya sebagai metoda pelatihan diri.
Nggone (dalam mereka) ambanting (melatih) dhiri (diri), amasuh (membersihkan) sariranipun (dirinya), tinemu (tercapai) kang (yang) sinedya (diinginkan). Dalam mereka melatih diri, membersihkan dirinya, agar tercapai yang diinginkan.
Juga dalam cara-cara mereka membersihkan diri dari segala dosa, kesalahan, kekhilafan, sebagaimana sebagiannya telah diuraikan dalam bait-bait serat Wulangreh ini. Yang demikian itu selayaknya diketahui agar apa yang diinginkan segera tercapai. Apa yang telah diajarkan para leluhur itu adalah “sains” tentang diri yang akan sangat bermanfaat bagi generasi berikutnya. Sebagai “sains” tentu saja sangat terbuka terhadap koreksi dan kritik, dan seperti sudah diuraikan sebelumnya prinsipnya adalah: ambil yang baik, tinggalkan yang buruk, dengan tidak usah mencela atau memaki. Syukur-syukur kalau bisa membetulkan, itu lebih baik.
Mungguh (bagi) wong (orang) nedheng (meminta) Hyang (Yang) Widdhi (Maha Benar), lamun (kalau) temen (bersungguh-sugguh) lawas (lama-lama) enggale (segera) tinekan (tercapai, terkabul). Bagi orang yang meminta kepada Yang Maha Benar, kalau bersungguh-sungguh lama-lama segera terkabul.
Satu hal lagi yang layak untuk diketahui dan dicontoh dari generasi terdahulu adalah ketekunan mereka dalam memohon kepada Tuhan. Mereka tak henti-henti berdoa dan berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan mereka telah membuktikan jika bersungguh-sungguh permohonannya akan tercapai.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-227-aja-nalimpang-mring-leluhur/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar