Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (198): Nora Gampang wong Urip

 Pada (bait) ke-198, Pupuh ke-11, Asmarandana, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Nora gampang wong ngaurip,
yen tan weruh uripira.
Uripe padha lan kebo,
angur kebo dagingira,
kalal lamun pinangan.
Yen manungsa dagingipun,
 pinangan pastine karam.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Tidak gampang orang berkehidupan,
kalau tidak mengetahui hidupnya.
Hidupnya laksana hidup kerbau,
malah lebih baik kerbau dagingnya,
halal kalau dimakan.
Kalau manusia dagingnya,
dimakan pastinya haram.


Kajian per kata:

Nora (tidak) gampang (gampang) wong (orang) ngaurip (berkehidupan), yen (kalau) tan (tidak) weruh (mengetahui) uripira (hidupnya). Tidak gampang orang berkehidupan, kalau tidak mengetahui hidupnya.

Tidak gampang orang hidup di dunia, jika tak mengetahui hidup itu apa. Mengetahui hidup ada dua bagian, yang pertama adalah mengetahui asal dan tujuan dalam hidup ini. Dari mana kita berasal, sekarang ada dimana dan akan kemana kita menuju. Pengetahuan ini disebut ngelmu sangkan paraning dumadi. Yang kedua, untuk apa hidup ini, siapa yang menciptakan kehidupan kita, dan tugas apa yang kita emban dari keberadaan kita di sini. Ini disebut pengetahua diri. Jadi dalam hidup manusia ada visi yang jelas tentang masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Uripe (hidupnya) padha (sama) lan (dengan) kebo (kerbau), angur (lebih baik) kebo (kerbau) dagingira (dagingnya), kalal (halal) lamun (kalau) pinangan (dimakan). Hidupnya laksana hidup kerbau, malah lebih baik kerbau dagingnya, halal kalau dimakan.

Jika pandangan di atas tidak kita punyai, hidup kita laksana kerbau. Seekor kerbau tak puinya visi tentang hari esok, juga tidak punya kenangan hari kemarin. Yang ada adalah kebiasaan yang tertanam. Itulah sifat tubuh fisik, harus dibiasakan agar mudah dalam menjalankan suatu kegiatan. Dalam dunia manusia ini disebut latihan.

Jika cara hidup kita seperti kerbau, maka kerbau lebih berharga daripada kita. Kerbau jelas menghasilkan daging yang jika dimakan halal. Kalau manusia menghasilkan apa jika hidup dengan cara demikian.

Yen (kalau) manungsa (manusia) dagingipun (dagingnya), pinangan (dimakan) pastine (pastinya) karam (haram). Kalau manusia dagingnya, dimakan pastinya haram.

Sedangkan manusia dagingnya, haram jika dimakan. Jelas jika cara manusia hidup menyerupai cara hidup hewan dia telah merosot ke derajat yang lebih hina dari hewan ternak. Masing-masing makhluk mempunyai puncak pencapaian dari tujuan diciptakannya. Jika puncak pencapaian seekor kerbau adalah manakala dapat memberi daging yang banyak dan enak dimakan, maka puncak pencapaian manusia adalah manfaatnya untuk sesama. Dan itu hanya dapat dilakukan jika manusia mengerjakan syari’at yang telah ditetapkan baginya.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-198-nora-gampang-wong-urip/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...