Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (215;216): Aja Murih Sarama

 Pada (bait) ke-215;216, Pupuh ke-11, Asmarandana, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Poma padha dipun eling.
Nganggowa syukur lan rila,
nrimaa ing pepancene.
Lan aja amrih sarama,
mring wadya nandhang karya.
Lan padha amriha iku,
harjane kang desa-desa.

Wong desa pan aja nganti,
ewuh nggone nambut karya.
Sesawah miwah tegale,
nggaru maluku tetapa,
aja den owah dimene,
tulus nenandur jagung,
pari kapas lawan jarak.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Harap semua ingat!
Bersyukurlah dan rela,
menerima ketetapan baginya.
Dan jangan menggarap suap,
dari bawahan yang sedang melaksanakan pekerjaan.
Dan berusahalah untuk,
kesejahteraan desa-desa.

Orang jangan sampai,
repot dalam bekerja,
menggarap sawah dan tegalan.
Menggaru dan meluku tetaplah,
jangan diubah supaya,
mereka ikhlas dalam menanam jagung,
padi, kapas dan jarak.


Kajian per kata:

Poma (harap) padha (sama, semua) dipun (di) eling (ingat), nganggowa (pakailah) syukur (syukur) lan (dan) rila (rela), nrimaa (menerima) ing (dalam) pepancene (ketetapannya). Harap semua ingat! Bersyukurlah dan rela menerima ketetapan baginya.

Bait yang lalu menguraikan bagaimana tingkah polah pejabat yang doyan menyuap. Perilaku demikian lambat laun akan merusak tatanan negara, merusak sistem keadilan dan merusak moral bangsa. Untuk itu selalu ingatlah, pakailah sikap syukur dan rela, menerima dengan senang hati segala ketetapan Tuhan. Itulah sikap yang akan menghindarkan dari perilaku suap-menyuap.

Lan (dan) aja (jangan) amrih (mengharap) sarama (suap, besel), mring (pada) wadya (bawahan) nandhang (melaksanakan) karya (pekerjaan). Dan jangan menggarap suap dari bawahan yang sedang melaksanakan pekerjaan.

Jika menyuap terhadap atasan tidak dibenarkan, sebaliknya menerima suap dari bawahan pun terlarang. Jangan sekali-kali mengharap uang suap dari bawahan yang melaksanakan pekerjaan. Seringkali yang demikian itu terjadi, ketika seseorang melaksanakan pekerjaan agar pekerjaannya cepat diterima diimbuhi dengan sekeping dinar. Itu tidak boleh, ingatlah jika menyuap tidak baik disuap pun sama.

Setiap orang menyuap pasti sedang menyembunyikan ketidakberesan dalam pekerjaannya. Jika dibiarkan lama-lama akan terbiasa, akibatnya sistem akan membusuk karena mekanisme kontrol tidak berjalan sebagaimana mestinya. Penyimpangan takkan terkendali dan akibatnya rusaklah tatanan wilayah.

Lan (dan) padha amriha (berusahalah) iku (itu), harjane (kesejahteraan) kang desadesa (desa-desa). Dan berusahalah untuk, kesejahteraan desa-desa.

Tapi bekerjalah sebagaimana mestinya. Upayakan agar kesejahteraan desa-desa atau wilayah bawahanmu terwujud. Perilaku suap bagaimanapun akan berimbas ke lapisan terbawah dari sistem, merekalah yang paling besar menanggung kerugian, meski tak kentara.

 Wong (orang) desa (desa) pan aja (jangan) nganti (sampai), ewuh (repot) nggone (dalam) nambut karya (bekerja), sesawah (garap sawah) miwah (dan) tegale (tegalan). Orang jangan sampai, repot dalam bekerja, menggarap sawah dan tegalan.

Berusalah menghindari suap agar orang-orang desa tidak repot dalam bekerja, menggarap sawan dan tegalan dengan senang hati. Jika suap merajalela merekalah yang akan menanggung beban terberat. Bisa-bisa hilanglah semangat kerjanya.

Nggaru (menggaru) maluku  (luku) tetepa  (tetaplah), aja (jangan) den owah (diubah) dimene (supaya), tulus (ikhlas) nenandur (menanam) jagung (jagung), pari (padi) kapas (kapas) lawan (dan) jarak (jarak). Menggaru dan meluku tetaplah, jangan diubah supaya, mereka ikhlas dalam menanam jagung, padi, kapas dan jarak.

Biarkan mereka tetap bekerja seperti sedia kala, jangan diubah tatanan yang telah berlaku secara turun-temurun ini. Biarkan mereka senang hati dan ikhlas dalam menanam jagung, padi, kapas dan jarak.

Catatan tambahan:

Bagi kerajaan Mataram yang berbasis agraris maraknya suap akan sangat memukul petani. Dalam sistem agraris ini hampir seluruh kekayaan negara berasal dari pertanian, dengan apa yang disebut bulu bekti, yakni sebagian hasil pertanian yang diserahkan kepada penguasa lokal dan kemudian diteruskan ke atas sampai pada Raja. Sistem ini merupakan imbal jasa dari tanah-tanah garapan yang telah mereka dapatkan. Karena dalam sistem kerajaan seluruh tanah adalah milik Raja.

Para punggawa juga mendapat gaji dari apanage yang mereka kelola, dengan mengutip sebagian dari bulu bekti tersebut. Maka semakin tinggi jabatan seseorang semakin besar wilayah yang dikelolanya. Jika suap merajalela nilai bekti juga akan meningkat, karena dari mana pejabat mendapat uang suap kalau tidak dengan menaikkan bulu bekti tadi. Akibat bulu bekti yang naik maka rakyat atau petani penggarap yang akan menjerit.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-215216-aja-murih-sarama/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...