Pada (bait) ke-206-208, Pupuh ke-11, Asmarandana, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Sarta (serta) weruhana (ajarkanlah) ing (dalam) becik (hal-hal baik), gantungana (gantungilah) ing (dalam) patrapan (tindakan), darapon (supaya) pethel (bersungguh-sungguh) karyane (pekerjaannya), dimene (agar) aja (tidak) sembrana (sembarangan). Serta ajarkanlah dalam hal-hal baik, gantungilah dengan tindakan (sangsi), supaya bersungguh-sungguh pekerjaannya, agar tidak sembarangan.
Tunjukkanlah dalam hal-hal yang baik dan gantungilah dengan sangsi atau peringatan, agar dalam bekerja bersungguh-sungguh dan tidak sembarangan. Ini juga berati sebaliknya, jika pekerjaannya bagus berilah penghargaan. Reward and punishment seimbang.
Denya (dalam) nglakoni (melaksanakan) karya (pekerjaan), ywa (jangan) dumeh (karena) asih (suka) sireku (engkau), yen (kalau) leleda (tidak serius) patrapana (berilah tindakan). Dalam melaksanakan pekerjaan, jangan karena engkau sukai, kalau tidak serius berilah tindakan.
Jangan pilih kasih terhadap bawahan, meski engkau sukai kalau tidak bekerja sungguh-sungguh maka berilah tindakan. Agar suasana keadilan hadir dalam wilayahmu.
Nadyan (walau) sanak–sanak (saudara-saudara) ugi (juga), yèn (kalau) lêleda (tidak serius) tinratapan (di beri tindakan), murwatên (sesuaikan) lawan (dengan) sisipe (kesalahannya). Walau kepada saudara-saudara juga, kalau tidak serius diberi tindakan, sesuai dengan kesalahannya.
Tidak pandang bulu, peraturan diterapkan untuk semua di wilayahmu. Walau kepada saudara-saudara juga, yang ikut di situ, kalau tidak serius berilah tindakan juga, sesuaikan dengan kesalahannya.
Darapon (supaya) padha (semua) wêdia (takutlah), ing (di) wuri (kemudian hari) ywa (tidak) lêleda (tidak serius, sembarangan). Supaya semua segan, di kemudian hari tidak sembarangan dalam bekerja.
Tidak baik juga jika kesalahan tidak ada hukumannya. Hukuman membuat orang takut untuk berbuat salah tau tidak serius. Hukuman diperlukan agar mereka bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya, tidak sembarangan dan bermain-main.
Ing (dalam) dana (uang) kramanirèku (pengaturannya), aja (jangan) pêgat (putus, sampai tidak) dèn warata (merata). Dalam pengaturan uang, jangan sampai putus, upayakan merata.
Pengaturan uang berkaitan dengan lancar atau tidaknya suatu pekerjaan atau penyelenggaraan kegiatan apapun. Upayakan jangan sampai terputus dalam aliran dan pembagian ke seluruh kegiatan. Diupayakan agar kas tidak habis, dan segala bagian telah mendapat perhatian. Juga yang berkaitan dengan kesejhteraan bawahan, jangan sampai diabaikan.
Lan (dan) maninge (lagi) suta (anak) mami (aku), mungguh (bagi) anggêp (anggapan) wong (orang) ngawula (mengabdi), dèn (harap) suka (suka) sukur (syukur) ing (di) batos (hati). Dan lagi anakku, bagi anggapan orang mengabdi, harap suka syukur di dalam hati.
Bagi orang yang mengabdi jangan punya anggapan yang macam-macam. Cukupkan dengan apa yang ada, perbanyak rasa suka dan syukur dalam hati.
Aja (jangan) pêgat (putus) ing (dalam) panêdha (memohon), mring (kepada) Hyang (Yang) kang amisesa (Kuasa), ing (di) raina (siang) wênginipun (malamnya), mulyaning (kesejahteraan) nagara (negara) tata (ketertiban). Jangan putus dalam memohon, kepada Yang Kuasa, di siang dan malamnya. Agar tercipta ketertiban dan kesejahteraan negara.
Jangan putus dari memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Baik di siang atau malamnya. Agar tercipta ketertiban dan kesejahteraan negara. Kata panedha bisa berarti menerima, juga bisa berarti memohon, tergantung pada konteks dalam kalimat.
Jika rakyat hanya memusatkan pada pekerjaan masing-masing sesuai tugas yang diembannya maka negara jauh dari kegaduhan yang tak perlu. Terhindar dari keributan yang hanya membuat masyarakat kehilangan waktu untuk membangun negeri. Maka negara akan cepat mencapai cita-cita: tata titi tentrem karta raharja.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-206-208-patrape-mring-wadya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar