Pada (bait) ke-266, Pupuh ke-13, Girisa, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Aja (jangan) na (ada) tiru (meniru) ing bapa (ayah), bangêt (sangat) tuna (tak punya) bodho (bodoh) mudha (masih muda), kêthul (bebal) tan (tak) duwe (punya) graita (angan), katungkul (terpaku) mangan (makan) anendra (tidur). Jangan aja yang meniru ayah, sangat tak punya, bodoh dan muda, bebal tak punya angan-angan, terpaku pada makan dan tidur.
Bait ini berisi petuah khusus kepada anak cucu sang penggubah serat Wulangreh ini. Bahwa jangan meniru ayahmu ini yang tidak punya banyak ilmu (tuna), bodoh dan masih muda (maksudnya tidak banyak pengalaman), dan hanya terlena dalam tidur dan makan.
Kethul artinya bebal, tidak cerdas, tidak mempunyai pikiran yang terang dan cekatan, tidak cepat tanggap jika diberi isyarat. Gatra ini mengungkapkan kerendahan hati sang penggubah serat Wulangreh agar anak cucu jangan hanya puas menirunya saja, tapi jadilah orang yang lebih baik lagi.
Nanging (tetapi) anak (anak) putu (cucu) padha (sama, semua), mugi (semoga) Allah (Allah) ambukaa (membukakan), marang ing (kepada) pitutur (nasihat) yogya (pantas), kabèh (semua) padha anyakêpa (bisa mencakup). Tetapi anak cucu semua, semoga Allah membukakan, kepada nasihat yang panas, semu bisa mencakupnya.
Tetapi anak cucu semoga dapat dibukakan hatinya kepada nasihat yang pantas. Semoga hati mereka diberi keluasan sehingga mencakup semua nasihat itu. Bisa menerima ajaran baik dan mampu melaksanakannya.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-266-mugi-allah-ambuka-mring-pitutur/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar