Pada (bait) ke-236, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Pada bait yang lalu telah diuraikan dengan sederhana tentang konsep manunggaling kawula Gusti yang diumpamakan dengan proses pembuatan suwasa. Bahwa agar dicapai kemangunggalan yang sejati, maka diri manusia harus bersih terlebih dahulu secara lahir dan batin
Lamun (kalau) ora (tidak) mangkonoa (demikian), sayektine (benar-benar) nora (tidak) dadi (jadi). Jika tidak demikian itu, benar-benar tidak akan terjadi.
Jika tidak demikian maka sejatinya kemanunggalan itu tidak akan terjadi. Atau hanya kemangunggalan semu belaka, atau hanya sekedar klaim sepihak alias mengaku-aku saja.
Mungguh (bagi) ilmu (ilmu) ingkang (yang) nyata (nyata), nora (tidak) kena (bisa) den (di)sasabi (tutupi). Bagi ilmu yang nyata, tidak bisa ditutupi.
Bagi orang yang berilmu rahasia itu sudah tak tertutupi lagi. Mereka mengetahui mana yang benar-benar sudah mencapai kemanunggalan dan mana yang hanya mengaku-aku saja, sebagaimana mereka dapat membedakan suwasa bubul dengan suwasa mulia hanya dengan melihat kilaunya. Bagi kita orang awam mungkin akan sedikit kesulitan jika harus mengetahui mana yang asli dan mana yang tidak. Karena memang banyak orang yang mengaku-aku bisa mencapai tahap itu, padahal palsu.
Ewuh (susah, repot) gampang (gampang) sayekti (sebenarnya), punika (itu) wong (orang) darbe (mempunyai) kawruh (pengetahuan). Susah-susah gampang sebenarnya, itu bagi orang yang mempunyai pengetahuan.
Hal ini karena ilmu tentang manunggaling kawula Gusti adalah susah-susah gampang. Keberhasilannya tidak dapat diramalkan atau ditularkan kepada orang lain. Gampang karena amalan lahiriah yang dikerjakan tidaklah sulit dan secara teori dapat dikerjakan oleh banyak orang, namun tidak semua orang dapat mencapainya disebabkan ada sesuatu yang lain.
Gampang (gampang) yen (kalau) winicara (dibicarakan), angel (sulit) yen (kalau) durung (belum) marengi (dibarengi, bersamaan), ing (dalam) wetune (keluarnya) binuka (dengan terbuka) jroning (isi) wardaya (hatinya). Gampang kalau hanya dibicarakan, sulit kalau tidak bersamaan, dengan terbukanya isi hati.
Yang dimaksud adalah: yang demikian itu gampang secara teori, namun pelaksanaanya membutuhkan sesuatu yang lain yakni terbukanya apa yang ada dalam hati. Dan yang terakhir ini semata-mata adalah kehendak Allah. Oleh karena itu jika seseorang akan diberi petunjuk dia akan terlebih dahulu dilapangkan dadanya untuk menerima kebenaran, dibuka tabir yang ada di dalam hatinya. Hal terakhir inilah yang sulit.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-236-binuka-jroning-wardaya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar