Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (229): Niruwa Lelakon Ing Nguni

 Pada (bait) ke-229, Pupuh ke-12, Sinom, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Panembahan senopatya,
kang jumeneng ing Matawis.
Iku kepareng lan mangsa,
dhawuh nugrahaning Widdhi.
Saturune lestari,
saking berkahing leluhur.
Mrih tulusing nugraha,
ingkang keri keri iki,
wajib uga niruwa lelakonira.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Panembahan Senopati,
yang menjadi raja di Mataram.
Mendapat perkenan dan waktu,
untuk menerima anugrah Tuhan.
Semua keturunan lestari,
dari berkah (memuliakan) leluhur.
Agar anugrah langgeng,
orang yang belakangan ini,
wajib juga meneladani perjalanan hidupnya.


Kajian per kata:

Panembahan senopatya (Penembahan Senopati, Raja pertama Mataram), kang  (yang) jumeneng (menjadi raja) ing (di) Matawis (Mataram). Panembahan Senopati, yang menjadi raja di Mataram.

Contoh lain dari orang yang mendapatkan anugrah dari kegigihannya dalam mendekat kepada Tuhan adalah Panembahan Senopati dari negeri Mataram. Dia adalah pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Mataram.

Iku (itu) kepareng (mendapat ijin, perkenan) lan (dan) mangsa (waktu), dhawuh (perintah) nugrahaning (anugrah) Widhi (Tuhan). Mendapat perkenan dan waktu, untuk menerima anugrah Tuhan.

Beliau mendapat perkenan dan diberi masa (waktu) oleh Allah. Mangsa di sini berarti diberi kesempatan atau waktu untuk berkuasa. Dan ternyata beliau tidak menyia-nyiakan waktu itu. Beliau mengisinya dengan tetap amanah menjalankan perintah Allah, selalu bersyukur dan tetap menjalani laku prihatin sepanjang hidupnya. Semua itu juga dilakukan sebagai teladan bagi anak cucunya kelak jika beliau menurunkan kerajaan kepada mereka. Agar keturunannya juga meneladani apa yang telah beliau lakukan.

Saturune (semua keturunan) lestari (lestari), saking (dari) berkahing (berkah) leluhur (leluhur). Semua keturunan lestar, dari berkah (memuliakan) leluhur.

Yang demikian itu karena kecintaan beliau kepada anak-cucu. Agar anak cucu mendapat pelajaran dan contoh yang baik sehingga semua keturunan lestari dalam menerima anugrah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Mrih (agar) tulusing (lestarinya, langgengnya) nugraha (anugrah), ingkang (yang) keri keri (belakangan) iki (ini), wajib (wajib) uga (juga) niruwa (meneladani) lelakonira (perjalanannya). Agar anugrah langgeng, orang yang belakangan ini, wajib juga meneladani perjalanan hidupnya.

Agar apa yang telah diterima selama ini lestari, para anak keturunan yang belakangan, yang masih hidup ini juga menirulah apa yang telah dilakukan para leluhur itu. Tetaplah hidup prihatin dengan laku tirakat untuk selalu dekat dengan Allah, agar anugrah tetap mengalir. Jangan terjerumus dalam laku hedonis dan menuruti nafsu duniawi, jika berlaku demikian bisa-bisa kekuasaan yang telah dipegang dapat hilang.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/12/kajian-wulangreh-229-niruwa-lelakon-ing-nguni/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...