Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (255): Narima Pepesthening Sarira

 Pada (bait) ke-255, Pupuh ke-13, Girisa, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Aja na kurang panrima,
ing pepasthening sarira,
yen saking Hyang Maha Mulya,
kang nitahken badanira.
Lawan dipun awas uga,
asor unggul waras lara,
utawa beja cilaka,
urip tanapi antaka.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Jangan kurang rasa menerima,
terhadap ketetapan diri,
kalau dari Yang Maha Mulia,
yang menciptakan dirimu.
Dan diwaspadai juga,
kalah menang waras sakit,
atau beruntung dan celaka,
hidup ataupun mati.


Kajian per kata:

Aja (jangan) na (ada) kurang (kurang) panrima (menerima), ing (terhadap) pepasthening (ketetapan, takdir) sarira (diri), yen (kalau) saking (dari) Hyang (Yang) Maha (Maha) Mulya (Mulia), kang (yang) nitahken (mencitakan) badanira (dirimu). Jangan kurang rasa menerima, terhadap ketetapan diri, kalau dari Yang Maha Mulia, yang menciptakan dirimu.

Jangan ada rasa kurang menerima terhadap ketetapan Allah atas dirimu. Segala sesuatu ada ketentuan (qadla) dan ukuran (qadar). Dia menciptakan diri kita sudah dalam keadaan yang terbaik, sesuai dengan qadla dan qadar yang kita terima. Ada yang kita terima adalah posisi tempat kita memulai perjalanan menuju kepadaNya. Dan ini tidak sama bagi setiap orang. Apa yang tampak bagi kita sebagai beruntung atau celaka, baik atau jelek, tinggi atau rendah hanyalah ilusi karena kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Yang sebenarnya adalah kesempatan kita menuju kepadanya sama, bagi setiap orang.

Yang pertama kita lakukan dalam memulai perjalanan hidup adalah menerima qadla dan qadar. Berkreasilah diantara dua hal itu. Tidak perlu melirik-lirik apa yang dipunyai orang lain karena semua sudah ada ketentuan baginya pula. Ibaratnya jika sedang bersekolah SD yang pulang sore hari dan capek, maka tak perlu iri dengan anak TK yang sekolahnya pulang pagi dan pelajarannya menyanyi saja. Semua mempunyai kadar masing-masing, dan dengan itu pula kehidupan seseorang akan diukur, ditentukan bagiannya dan ditetapkan pahalanya.

Lawan (dan) dipun awas (diwaspadai) uga (juga), asor (kalah) unggul (menang) waras (sehat) lara (sakit), utawa (atau) beja (beruntung) cilaka (celaka), urip (hidup) tanapi (ataupun) antaka (mati).  Dan diwaspadai juga, kalah menang waras sakit, atau beruntung dan celaka, hidup ataupun mati.

Maka waspadailah hidup kita sendiri. Apa saja yang membuat kita kalah dan menang, sehat dan sakit, beruntung atau celaka, hidup maupun mati. Semua hal-hal yang disebutkan itu setiap orang tidak sama dalam sebab dan akibatnya. Maka tidak perlu meniru nasib orang lain. Jika orang lain peruntungannya dengan beternak burung, kita belum tentu demikian. Walau kita bisa menirunya, namun hasilnya (akibatnya) tidak akan sama.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/13/kajian-wulangreh-255-narima-pepesthening-sarira/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...