Translate

Senin, 30 September 2024

Kajian Wulangreh (190;191): Ngupaya Ngilmu Dadya Pikukuh

 Pada (bait) ke-190;191, Pupuh ke-10, Mijil, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Sabakdane datan ana maning,
pinter tanpa tetakon.
Pan wus lumrahing wong urip kiye.
Mulane wong anom den taberi,
angupaya ngelmi,
dadya pikukuh.

Driyanira dadya tetali,
ing tyas dimen adoh,
akeh ati ingkang ala kiye.
Nadyan lali pan tumuli eling.
Yen wong kang wus ngelmi,
kang banget tuwajuh

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Setelahnya tidak ada lagi,
orang pandai tanpa bertanya-tanya.
Memang sudah lazim orang hidup demikian ini.
Maka orang muda rajinlah,
mencari ilmu,
agar menjadi penguat (hidupnya).

Inderamu jadilah pengikat,
dalam hati agar jauh,
dari hati yang buruk.
Walau lupa akan segera ingat kembali.
Kalau orang yang sudah berilmu,
yang sangat tawajuh (bulat tekadnya).


Kajian per kata:

Sabakdane (setelahnya) datan (tidak) ana (ada) maning (lagi), pinter (pandai) tanpa (tanpa) tetakon (bertanya-tanya, berguru). Setelahnya tidak ada lagi, orang pandai tanpa bertanya-tanya.

Setelah Nabi tak ada lagi manusia yang seperti itu, bisa pandai tanpa berguru. Ini hanya khusus kepada para nabi saja disebabkan guru mereka para nabi adalah Allah sendiri.

Pan (memang) wus (sudah) lumrahing (lazim) wong (orang) urip (hidup) kiye (ini). Memangsudah lazim orang hidup demikian ini.

Yang lumrah, lazim terjadi, adalah manusia jikalau ingin menambah pengetahuan harus asa usaha yang nyata, seperti banyak-banyak bertanya, berguru atau berlatih kepada seorang yang sudah mahir dalam berbagai ketrampilan.

Mulane (maka) wong (orang) anom (muda) den taberi (rajinlah), angupaya (mencari) ngelmi (ilmu), dadya (agar menjadi) pikukuh (penguat). Maka orang muda rajinlah mencari ilmu, agar menjadi penguat (hidupnya).

Maka orang-orang muda rajin-rajinlah mencari ilmu. Itu untuk memperkokoh wawasan dan mengikat akidah atau kepercayaan agar hati tidak terombang-ambing oleh peristiw dunia yang kadang membingungkan.

Driyanira (inderamu) dadya (jadilah) tetali (ikatan), ing (di) tyas (hati) dimen (agar) adoh (jauh), akeh (banyak) ati (hati) ingkang (yang) ala (buruk) kiye (ini). Inderamu jadilah pengikat, dalam hati agar jauh, dari hati yang buruk.

Jadikan inderamu ikatan agar hati jauh dari keburukan. Orang berilmu akan sanggup menemukan benar dan salah pada akhirnya. Jika suatu saat terperosok oleh pergaulan atau karena tadinya tidak tahu, maka dia akan berpikir dan mencari tahu untuk menemukan kebenaran.

Nadyan (walau) lali (lupa) pan (akan) tumuli (segera) eling (ingat). Walau lupa akan segera ingat kembali.

Sehingga walaupun terlanjur lupa, atau khilaf maka segera ingat kembali ke jalan yang benar. Oleh karena manusia akan penuh godaan dan rayuan, hal yang demikian seringkali terjadi.

Yen (kalau) wong (orang) kang (yang) wus (sudah) ngelmi (berilmu), kang (yang) banget (sangat) tuwajuh (mantap, bulat tekadnya). Kalau orang yang sudah berilmu, yang sangat tawajuh (bulat tekadnya).

Orang yang sudah berilmu akan sangat tawajuh, bulat tekad, golong-gilig, dalam kemauan untuk mencapai kebenaran. Walau hidup akan banyak rintangan orang berilmu akan mengatasi dengan cepat dan tanggap. Mencari cara untuk keluar dari masalah dengan cekatan. Itulah bedanya.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2017/12/10/kajian-wulangreh-190191-ngupaya-ngilmu-dadya-pikukuh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...