Translate

Jumat, 13 September 2024

Naskah Nusantara di Inggris

 

Naskah-1Hikayat Seri Rama, salah satu naskah Melayu tertua. Koleksi Bodleian Library, Oxford.

Hingga kini banyak naskah Nusantara masih berada di Inggris. Keberadaan naskah-naskah itu tidak lepas dari peran Francis Drake. Pada 1579 ia tiba di bandar Ternate. Drake adalah orang Inggris pertama yang mengunjungi Nusantara. Dari Sultan Ternate, Drake dititipi hadiah cincin permata untuk Ratu Inggris Elizabeth I. Informasi tentang Drake di Ternate terekam dalam sebuah naskah.

Sejak Drake itulah banyak orang Inggris mengunjungi Nusantara. Ada yang tercatat dalam naskah, namun ada pula yang tidak tercatat. Pada awalnya, naskah-naskah tersebut dikumpulkan sebagai “barang aneh” oleh para kolektor. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian mereka terhadap budaya asing begitu besar.

Selain kolektor biasa, ada lagi pejabat yang bertugas di Nusantara atas nama East India Company. Salah satu tokohnya adalah William Marsden. Ia perintis pengkajian Indonesia di Inggris. Marsden bertugas di Bengkulu pada 1772-1779.

Naskah-2Buku Wejangan Sultan Hamengku Buwana I. Naskah ini dihadiahkan kepada John Crawfurd oleh Pangeran Paku Alam I sekitar 1814. Koleksi British Library, London.

Jejak Marsden diikuti oleh John Crawfurd, John Leyden, Colin Mackenzie, dan yang paling terkenal Thomas Stamford Raffles. Raffles yang menjabat Letnan Gubernur Jawa (1811-1816) dan Bengkulu (1818-1824) bahkan memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada dunia Barat lewat bukunya History of Java. Selain berupa barang hadiah, banyak naskah Nusantara terbang ke Inggris karena unsur pembelian.

Dewasa ini terdapat sekitar 1.300 naskah Nusantara di dalam 24 lembaga di seluruh Inggris, di antaranya British Library, London; Bodleian Library, Oxford; Cambridge University Library; John Rylands University Library of Manchester, Royal Asiatic Society, London; dan School of Oriental and African Studies, University of London.

Naskah-naskah Nusantara itu tetap dilestarikan sejak 1627. Surat dan naskah tersebut ditulis dalam berbagai bahasa daerah di Nusantara, antara lain Bali, Batak, Bugis, Jawa, Madura, Makassar, Melayu, dan Sunda. Wahana tulisnya kertas, daun lontar, nipah, kulit kayu, bambu, perunggu, dan bahkan emas. Salah satu naskah tertua yang ada di Inggris adalah prasasti perunggu berbahasa Jawa Kuna abad ke-13—ke-15 semasa Majapahit dan salinan prasasti asli tertanggal 2 Mei 939 yang dikeluarkan Raja Sindok.

Berkat jasa British Council sejumlah besar manuskrip Nusantara itu berhasil dibuatkan mikrofilm dan kini disimpan di Perpustakaan Nasional.

Bahasa Melayu dalam huruf Jawi (Arab) paling banyak digunakan untuk surat-menyurat oleh para raja dan para pejabat asing demi kepentingan perdagangan, diplomatik, dan politik. Diketahui tata krama dalam bahasa Melayu sangat rumit. Setiap unsur resmi surat – letakan cap, pemilihan kata untuk kepala surat, panjangnya puji-pujian pembuka surat, keindahan kaligrafi, kehalusan seni sungging, dan bahkan hadiah yang disertakan – ditentukan oleh derajat sang pengirim dan sang penerima surat.

Naskah-3Cap Raja Ambon. Koleksi British Library, London.

Surat tertua berbahasa Melayu berupa surat izin berdagang yang dikeluarkan Sultan Aceh Alauddin Syah untuk seorang nakhoda Inggris, Harry Middleton, pada 1602. Sejumlah besar surat dikirim kepada Raffles, yang banyak di antaranya bersungging indah. Naskah Melayu Hikayat Raja Pasai juga terdapat di Inggris.

Naskah-naskah Jawa di Inggris umumnya berupa prasasti, naskah keagamaan dan hukum, perjanjian, surat, pawukon, karya sastra, dan babad. Naskah yang dibuat atas perintah para bangsawan sering kali bersungging atau bergambar.Gaya ilustrasinya bervariasi, yakni kasar namun hidup, lainnya sangat halus dan rapi. Ada pula yang bergaya wayang maupun realistis. (djulianto susantio)


https://hurahura.wordpress.com/2014/12/14/naskah-nusantara-di-inggris/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...