Translate

Kamis, 19 September 2024

Babad Tanah Jawi (122): Anak-anak Untung Surapati menghadap kepada Panembahan Purubaya di Kadhiri

 Panembahan Purubaya dan Sultan Ibnu Mustapa untuk sementara berada di Kediri. Setelah mendengar kedatangan Panembahan Purubaya, anak-anak Untung Surapati bermaksud menghadap Panembahan ke Kediri. Anak tertua bernama Surapati, anak kedua bernama Suradilaga dan yang termuda bernama Tirtanata. Sesampai di Kediri ketiganya bertemu dengan Panembahan Purubaya. Panembahan merasa sangat bersukacita mendapat kunjungan dari ketiga anak Untung Surapati. Mereka kemudian diberi hadiah busana yang indah dan diangkat sebagai punggawa.

Sementara itu, pasukan Kartasura yang mengejar Panembahan sudah sampai di sebelah barat sungai. Mereka bermarkas di pelabuhan. Pasukan Tuan Admiral dan para bupati selama dua minggu sudah berhadap-hadapan dengan pasukan Panembahan di timur sungai. Admiral Britman lalu menyuruh Ngabei Tohjaya untuk menyeberang sungai melalui hilir. Perwira Kumpeni bernama Kapten Tonar disertakan. Juga Kapten Bonggol, Kapten Panbayi, Kapten Buyung dari Makasar. Dan juga Letnan Jembaran berserta serdadu dari Bali. Mereka segera menyeberang di bagian hilir. Setelah menyeberang mereka menuju selatan, tempat markas Panembahan.

Pasukan Panembahan heboh setelah mengetahui musuh sudah menyeberang. Panembahan memerintahkan kepada Adipati Natapura dan Tirtanata untuk menahan. Pasukan Admiral kemudian juga ikut menyeberang sehingga pasukan Kartasura semakin banyak. Pertempuran kembali pecah antara pasukan Panembahan dan pasukan Kartasura. Pasukan Panembahan dipimpin Raden Surapati dan adiknya, Raden Suradilaga. Setelah beberapa lama berlangsung pertempuran sengit pasukan Panembahan terdesak. Pasukan Raden Surapati sudah kalah. Adipati Natayuda sudah lari. Kediri berhasil ditaklukkan pasukan Kartasura.

Panembahan Purubaya dan Sultan Ibnu Mustapa dibawa menuju Malang oleh Raden Surapati. Kediri kemudian diduduki pasukan Kartasura. Pasukan Kumpeni kemudian membangun Loji. Tuan Admiral lalu meneruskan perjalanan ke Surabaya. Para bupati mancanangara sudah tunduk dan menghadap Adipati Mangkupraja.Namun tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa Pangeran Madiun kembali melakukan perlawanan. Adipati Mangkupraja memerintahkan pasukan Kartasura untuk kembali menyerang Madiun. Kyai Mataun yang ditunjuk membawa sebagian pasukan Kartasura ke Madiun. Tak perlu waktu lama Madiun kembali ditaklukkan. Pangeran Madiun tertangkap dan diikat lalu diserahkan ke Kartasura. Tidak lama kemudian dieksekusi dengan cara dijerat tambang di penjara.

Di Malang, Sultan Ibnu Mustapa bermaksud turun kembali merebut Kediri. Pasukan Sultan sudah sampai di Kapopongan. Pasukan Kartasura yang berada di Kediri menyambut pasukan Sultan. Terjadi pertempuran sengit di Kapopongan. Pasukan Sultan kembali menelan kekalahan dan mundur. Kumpeni terus mengejar. Sultan naik ke gunung Antang dan menuju ke Malang. Para pengejar kembali ke Kediri.

Tuan Admiral kembali dari Surabaya ke Kediri. Sudah sepakat dengan para punggawa Kartasura bahwa mereka akan menyerang Malang. Pasukan Admiral dan pasukan Kartasura segera berangkat. Peristiwa keberangkatan pasukan Kartasura ditandai dengan sengkalan tahun: obahing sagara ratuning kang jagat[1], di tahun Je. Singkat cerita pasukan Kartasura sudah sampai di Lebak dan membuat markas. Di Lebak pasukan Kartasura mendapat musibah. Para prajurit banyak yang sakit dan tewas. Sakitnya muntah-muntah dan diare. Setiap hari kira-kira seratus prajurit yang tewas. Admiral segera memberangkatkan pasukan menyerang Malang. Tak perlu waktu lama Malang sudah berhasil ditaklukkan. Musuh lari tak karuan arahnya. Pasukan Kartasura terus mengejar. Saat itu Tumenggung Sindureja berhasil ditangkap dan kepalanya dipenggal. Panembahan Purubaya lengser ke arah timur. Sedangkan Sultan Ibnu Mustapa lari ke arah selatan. Keadaan mereka sangat memprihatinkan.


[1] engkalan: obah sagara ratuning kang jagat (1646 A.J., 1721/1722 A.D.)


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/09/28/babad-tanah-jawi-122-anak-anak-untung-surapati-menghadap-kepada-panembahan-purubaya-di-kadhiri/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...