Translate

Rabu, 04 September 2024

Babad Tanah Jawi (181): Radèn Mas Suryakusuma bergabung ke pasukan Prabu Kuning dan diberi nama Pangeran Prangwadana

Berita keluarnya Raden Suryakusuma dari Kartasura didengar oleh Prabu Kuning di Randhulawang. Prabu Kuning lalu mengirim utusan untuk memanggil Raden Suryakusuma dan membawanya ke Randhulawang. Setelah Raden Suryakusuma sampai di Randhulawang, Prabu Kuning segera memanggilnya menghadap. Prabu Kuning sangat mengasihi Raden Suryakusuma. Suryakusuma lalu diangkat kedudukannya dan diberi gelar Pangeran Prangwadana. Tanah Laroh diberikan sebagai garapan seluas empat ratus karya. Sejak saat itu kedudukan Pangeran Prangwadana adalah sebagai kerabat raja.

Sementara itu, pasukan Cina telah bergerak maju ke Kadresanan. Semua pasukan Mataram dan pasukan dari Pagelan telah bergabung. Dua hari kemudian pasukan lalu maju lagi menuju Karecek. Di sana mereka membuat benteng dan barikade.

Di tempat lain, Ki Wirareja yang berbaris di Sanggung telah mengirim utusan untuk memberi tahu kepada Kapten Hohendorff bahwa sebagian pasukan Cina telah bergerak ke Karecek. Separuh pasukan lainnya masih berada di Kadresanan.

Hohendorff berkata kepada utusan, “Hai utusan, segera kembalilah. Katakan kepada Bapak Wirareja aku segera berangkat menyusul.”

Utusan segera kembali ke Sanggung. Hohendorff segera mengerahkan pasukan. Pukul satu siang mereka berangkat untuk menyerang Karecek. Perjalanan mereka dipercepat agar segera sampai. Pukul lima sore mereka telah sampai di Delanggu. Pasukan kemudian beristirahat sambil menata barisan. Setelah semua siap pasukan bergerak ke Karecek. Menjelang waktu Maghrib mereka tiba di Karecek.

Pasukan Cina di Karecek melihat kedatangan pasukan Kumpeni. Segera mereka menembak dengan senapan. Pasukan Kumpeni membalas tembakan dengan berondongan senapan. Pasukan Cina tak bergeser. Pasukan Kumpeni terus merangsek benteng, tak terhenti oleh tembakan pasukan Cina. Pasukan Cina ciut hatinya, mereka melarikan diri. Setelah waktu shalat Isya’ benteng pasukan Cina sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Kumpeni. Komandan perang Kartasura Kapten Baron Von Hohendorff menyerahkan kendali benteng kepada dua Pangeran Madiun. Hohendorff kemudian kembali ke Kartasura.

Sementara itu di tempat lain, barisan pasukan Raden Arya Endranata di Selap juga kedatangan pasukan Cina. Raden Endranata menderita kekalahan. Raden Endranata sudah melapor kepada Sang Raja. Sang Raja segera memerintahkan Raden Adipati Suradiningrat Ponorogo dan Raden Sumaningrat Pamagetan untuk membantu. Kedua punggawa segera berangkat ke Selap dan bertemu Raden Arya Endranata.

Raden Adipati Suradiningrat berkata, “Paman, bagiamana saudara di Pajang dan Mataram, mengapa tak berbobot dalam perang?”

Raden Endranata berkata pelan, “Raden, ibarat ayam jago, kalau belum pulih pasti belum bangkit kekuatannya.”

Raden Adipati Suradiningrat berkata, “Kalau saja mau berteman dengan orang Ponorogo pasti ketularan berani.”

Raden Endranata menjawab, “Baiklah, besok saya berada di belakang Anda saja.”

Dalam hati Raden Endranata sakit hati atas candaan Adipati Suradiningrat. Ketika bertemu dengan Adipati Suradiningrat pasukan Endranata sedang berada di selatan Selap. Mereka kemudian maju kembali ke Selap. Setelah berhasil mengusir musuh mereka kemudian mengangkat pejabat setempat.

Sementara itu di Randhulawang, sudah terdengar berita kalau pasukan Kartasura mengirim bantuan ke Selap. Pasukan Cina dari Mataram kemudian dikirim untuk membantu pasukan Ki Nilasraba dan Katawengan. Raden Adipati Suradiningrat dan Raden Endranata sudah melapor kalau pasukan musuh mendapat bantuan dari Mataram. Sebanyak tiga ratus prajurit Cina datang untuk membantu. Mereka telah bersiap menyerang kembali.

Kapten Hohendorff yang mendapat laporan mengatakan, “Bobot musuh masih seimbang dengan pasukan Adipati Suradiningrat. Hanya tiga ratus prajurit Cina itu sudah cukup diatasi Suradiningrat. Kalau yang datang lebih banyak, pasukan Kumpeni akan dikirim. Sampaikan salamku pada saudara Adipati. Juga kiriman saya berupa jenewer dua kotak dan delapan botol anggur ini serahkanlah kepada tuanmu.”

Utusan segera kembali ke Selap. Semua pesan Hohendorff sudah disampaikan beserta hadiahnya. Pagi hari berikutnya pasukan Cina menggempur pasukan Kartasura. Kedua pasukan terlibat baku tembak dengan sengit. Kedua pasukan dipisahkan jurang. Pasukan Pamagetan pimpinan Sumaningrat tangguh dan kuat. Pasukan Cina turun ke jurang dan menyeberang. Sambil terus menembak mereka merangsek maju. Pasukan Pamagetan terus menahan laju pasukan Cina dengan terus melakukan serangan. Sudah takdir Allah, Raden Sumaningrat terkena peluru dadanya. Peluru tidak tembus dan bersarang di tubuh Sumaningrat, membuat kepalanya terasa pusing dan berkunang-kunang. Raden Sumaningrat kemudian mundur. Pasukan Pamagetan ikut mundur bersama tuan mereka. Sesampai di belakang Sumaningrat jatuh dari kuda dan tewas.

Setelah pasukan Pamagetan mundur, pasukan Ponorogo pun tak mampu menahan serangan pasukan Cina. Pasukan Ponorogo bubar berlarian. Pasukan Cina terus mengejar dan mendesak pasukan musuh sampai di Majasanga. Raden Endranata kemudian membawa pasukan mundur ke Kartasura bersama pasukan Pamagetan. Gugurnya Raden Sumaningrat sudah dilaporkan kepada Sang Raja.

Sang Raja kemudian memanggil Raden Adipati Suradiningrat. Sang Adipati kemudian diperintahkan bergabung ke pasukan Wirareja dan Jayawikrama di Kadresanan. Raden Adipati Suradiningrat berangkat menuju Kadresanan. Pada saat Suradiningrat tiba sedang berlangsung pertempuran antara pasukan Kartasura melawan pasukan Cina dari Mataram. Pasukan Ponorogo langsung menerjang. Merasa takkan mampu melawan pasukan Cina dari Mataram mundur kembali ke Ngingas. Pasukan Ponorogo terus mengejar sampai ke Ngingas.

Pertempuran kembali pecah di Ngingas. Pasukan Cina menahan serangan dengan gigih. Pemimpin mereka adalah orang dari Sri Lanka. Banyak pasukan Mataram terluka. Lalu datang bantuan pasukan Cina dari barat. Pasukan Ponorogo terdesak dan mundur kembali ke Kadresanan. Pasukan Cina dari Mataram mengejar sampai Awangga. Namun mereka kemudian kembali ke Ngingas.

Pasukan Ponorogo masih berada di Awangga. Setelah menata barisan mereka sepakat akan menyerang Ngingas. Dengan berkuda mereka pun berangkat. Namun lagi-lagi pasukan Ponorogo terdesak dan mundur. Ketika itu Jayawikrama memisahkan diri dari pasukan induk dan berperang sendirian melawan Pangeran Prangwadana di Jagatamu. Jayawikrama terluka di dekat mata kaki, lalu mundur bergabung kembali dengan pasukan mancanagara. Adapun Pangeran Prangwadana kemudian kembali ke Ngingas bergabung dengan pasukan Cina Mataram.

Sementara itu dari Kartasura, Raden Endranata dikembalikan lagi ke tempatnya dengan diberi wewenang mengangkat mantri dan bekel desa. Endranata segera berangkat ke tempatnya semula, tetapi belum berani menggelar pasukan di Selap. Endranata berhenti dan membuat markas di Sudimara. Dari Sudimara Endranata menata para mantri dan bekel desa.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2023/01/20/babad-tanah-jawi-181-raden-mas suryakusuma-bergabung-ke-pasukan-prabu-kuning-dan-diberi-nama-pangeran-prangwadana/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...