Translate

Minggu, 22 September 2024

Babad Tanah Jawi (25): Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat dibunuh oleh Arya Jipang

 Alkisah, Kangjeng Susuhunan di Kudus menjadi guru bagi banyak orang. Dari kalangan para raja dan bupati tidak henti mereka mendatangi Kudus untuk mengambil pengajaran dari sang guru. Sunan Prawata juga berguru di Kudus, demikian pula Arya Jipang. Namun selain berguru ke Kudus Sunan Prawata juga berguru kepada Sunan Kalijaga. Hal ini rupanya membuat Sunan Kudus kurang berkenan. Pada suatu kesempatan Sunan Kudus berbincang dengan Arya Jipang.

“Anakku, apa hukuman bagi orang yang mendua?” tanya Sunan Kudus.

Arya Jipang menjawab, “Sudah pasti harus dibunuh. Hamba mohon diberi tahu siapa yang paduka bicarakan?”

Berkata Sunan Kudus, “Kakakmu di Prawata. Apa namanya seperti itu kalau bukan mendua?”

Arya Jipang berkata, “Ya sudah, tunggu apa lagi? Sebaiknya segera dibunuh.”

Berkata Sunan Kudus, “Siapa yang sanggup melakukan?”

Arya Jipang berkata, “Saya yang sanggup menghukum mati.”

Sunan Kudus berkata, “Segera laksanakan.”

Arya Jipang merencanakan pembunuhan secara diam-diam. Dia memanggil lurah Kajineman yang bernama Rangkud.

“Rangkud, engkau pergilah ke Prawata dan bunuhlah Sunan Prawata,” kata Arya Jipang.

Rangkud menyembah dan segera berangkat. Singkat cerita Rangkud sudah sampai di Prawata dan berhasil menemui Sunan Prawata. Saat itu Sunan Prawata sedang sakit dan bersandar kepada istrinya.

Sunan Prawata bertanya, “Apa keperluanmu ke sini?”

Rangkud menyembah dan berkata, “Hamba hendak membunuh paduka.”

Berkata Sunan Prawata, “Silakan, tapi jangan menyertakan yang lain. Cukup aku saja.”

Rangkud seger menarik keris dari sarungnya dan menusuk Sunan Prawata sekuat tenaga. Tubuh Sunan Prawata tertembus keris sampai menusuk istrinya pula. Sunan Prawata dalam keadaan setengah sadar melihat Rangkud berbuat curang. Spontan Sunan Prawata menarik keris Kyai Bethok dan melemparkan ke arah Rangkud. Lemparan Sunan Prawata hampir meleset, Rangkud hanya terkena bagian kembang kacang. Namun karena keris Kyai Bethok sangat ampuh meski hanya tergores Rangkud tewas seketika. Di saat yang sama Sunan Prawata juga tewas bersama sang istri. Peristiwa terbunuhnya Sunan Prawata ini ditandai dengan sengkalan: guna yaksa warna nabi[1]. Pada hari itu Prawata hujan tangis karena kematian junjungan mereka.

Mengapa Arya Jipang tega membunuh Sunan Prawata yang tak lain saudara sepupu sendiri? Hal itu karena menurut keyakinan Arya Jipang dulu Sunan Prawatalah yang telah membunuh ayahnya, Pangeran Sekar Sedalepen. Utusan yang ditugaskan membunuh bernama Ki Surayata. Waktu itu Pangeran Sedalepen baru saja turun dari shalat Jum’at. Ketika bersimpang jalan di atas jembatan Ki Surayata menikam dengan keris. Sekali tikam Pangeran Sedalepen tewas di sungai. Surayata lalu ditangkap dan ditikam ramai-ramai oleh orang banyak.

Kematian Sunan Prawata meninggalkan kesedihan yang sangat bagi trah Sultan Trenggana. Salah satu putri Sultan Trenggana, yakni Mas Ratu Kalinyamat hendak menuntut keadilan ke Kudus. Berdua dengan sang suami Ratu Kalinyamat pergi menemui Sunan Kudus. 

Setelah bertemu Sunan Kudus Ratu Kalinyamat berkata, “Kedatangan hamba ke sini hendak meminta keadilan. Kakak hamba dibunuh oleh utusan Arya Jipang. Apa hukuman yang pantas baginya?”

Sunan Kudus hanya menjawab, “Sesungguhnya orang yang berhutang nyawa pasti akan dibalas dengan nyawa.”

Ratu Kalinyamat segera pulang karena melihat gelagat Sunan Kudus tidak sungguh-sungguh dalam perkataannya. Di tengah jalan utusan Arya Jipang telah mencegat mereka berdua. Suami Ratu Kalinyamat dikeroyok hingga tewas. Kesedihan Ratu Kalinyamat semakin bertumpuk-tumpuk. Baru saja ditinggal mati saudara tua, kini sang suami pun menyusul ke alam baka dengan cara mengenaskan. Karena sangat sedihnya Ratu Kalinyamat tak mau pulang ke Demak. Tekadnya sudah bulat hendak bertapa sampai mati. Ratu Kalinyamat merasa kematian kakak dan suaminya akibat kekejaman Arya Jipang. Maka dia bersumpah takkan memakai kain sampai ada yang membunuh Arya Jipang. Nyi Ratu Kalinyamat kemudian bertapa dengan hanya menutup tubuhnya dengan rambutnya yang panjang.


[1] 1453 AJ atau sekitar 1530 M.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/06/24/babad-tanah-jawi-25-sunan-prawata-dan-pangeran-kalinyamat-dibunuh-oleh-arya-jipang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...