Translate

Minggu, 22 September 2024

Babad Tanah Jawi (33): Sunan Kalijaga datang ke Mataram, menyinggung kediaman Panembahan Senapati

 Alkisah, Senapati yang baru saja keluar dari keraton Kidul telah sampai di tepi pantai. Di pesisir Parangtriris sang pendeta agung Sunan Kalijaga sedang bertafakur. Senapati segera menyembah dan mengusap kaki sang guru. Dengan duduk menunduk Senapati berserah diri hidup dan mati.

Berkata Kangjeng Sunan Kalijaga, “Hai Senapati, jangan mengandalkan kekuatanmu, bisa masuk ke samudera seperti layaknya berada di daratan. Menjadi ujub dan riya’, takabur itu namanya. Tak seyogyanya dikerjakan oleh para mukmin. Menjauhkan peribadatan dan rasa menyatu dengan Tuhan. Jangan meniru langit dan bumi, laut dan gunung. Semua itu alat bagi manusia. Mereka besar tetapi tidak lengkap. Seperti gunung itu tinggi besar, tapi tak punya penglihatan. Bumi itu luas tapi tak ada keunggulan lainnya. Juga langit itu luas dan tinggi, tetapi hanya itu kelebihannya. Sedangkan jika engkau menjadi raja, maka harus mempunya banyak watak utama. Pakailah watak syukur dan bening hati. Maka kalau engkau menjadi raja di tanah Jawa, pasti para penguasa di Jawa akan tunduk ke Mataram. Sekarang ayo pulanglah ke Mataram. Aku hendak mampir ke rumahmu.”

Keduanya lalu berangkat ke Mataram. Perjalanan mereka laksana kilat, sebentar kemudian sudah sampai di Mataram. Di Mataram Sunan Kalijaga melihat perumahan Senapati tidak memakai pagar. Kerbau dan sapi dibiarkan berkeliaran.

Berkata Kangjeng Sunan, “Ki Senapati, keliru kalau engkau bersikap angkuh dan takabur. Ujub dan riya kalau engkau memelihara kerbau tanpa kandang. Pakailah watak syukur dan hati bening. Kerbau dan sapi itu memakai tali keloh sebagai pegangan untuk menuntun. Juga harus mempunyai kandang yang kuat. Bila perlu dijaga di malam hari agar tidak dicuri orang. Bila semua usaha sudah engkau lakukan, serahkan kepada Tuhan. Itulah perilaku yang sesuait dengan tuntunan agama.

Maka buatlah pagar di sekeliling kota Mataram. Setiap musim kemarau perintahkan untuk mencetak bata. Setiap tahun dicicil oleh delapan ratus orang dengan telaten. Pakailah rasa syukur, jangan takabur. Setiap tahun buatlah pagar bata.”

Sunan Kalijaga lalu mengaris dengan tongkatnya batas-batas kota Mataram. Senapati mengikuti di belakangnya.

Sunan Kalijaga berkata, “Kelak batas itu bersihkanlah dan buatlah kota.”


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/07/02/babad-tanah-jawi-33-sunan-kalijaga-datang-ke-mataram-menyinggung-kediaman-panembahan-senapati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...