Translate

Minggu, 22 September 2024

Babad Tanah Jawi (76): Negeri Demak ditaklukkan pasukan Madura

 Di Demak. Ketika Demak takluk oleh pasukan Trunajaya, mereka menjarah beduk Prangmadani. Punggawa Madura yang melakukan itu adalah Wangsenggati. Ketika itu Demak dibagi menjadi delapan wilayah yang diperintah para mantri. Semua mantri sudah melarikan diri. Namun ketika itu ada seorang abdi Pangeran Puger yang ditanam di Demak, namanya Ki Martajaya. Ki Martajaya rumahnya di Tempalong, seorang yang banyak saudaranya sesama keturunan Gadamastakan. Ki Martajaya ketika mendengar beduk Prangmadani dijarah orang Sampang, segera bersiap merebut kembali. Ki Martajaya segera menyiapkan prajurit dan menyerang pasukan Madura.

Ki Martajaya bersama pasukannya berhasil menemui Wangsenggati dan terjadilah pertempuran yang sengit. Kedua pasukan saling tombak dan saling tikam di alun-alun. Ramainya perang berlangsung seharian. Hingga menjelang malam belum ada pihak yang menang dan kalah.

Pada malam harinya, di markas Ki Martajaya terjadi perundingan dengan para sanak kerabatnya.

Berkata salah seorang adik Ki Martajaya, “Kakak, saya ingatkan. Kalau kita berperang tanpa ada penugasan, kalau menang juga tidak mendapat apapun, kalau kalah akan tanpa guna. Lebih baik kita melapor kepada Pangeran Puger dulu, untuk meminta perintah.”

Ki Martajaya menjawab, “Benar katamu. Tetapi aku ingin kita menyusul Pangeran Adipati yang sekarang berada di Tegal. Sekarang ayo kita berangkat.”

Si adik menjawab, “Bagaimana kak, Pangeran Adipati bukan tuan kita yang mengangkat Anda. Adapun Pangeran Puger jelas tuan kita yang telah memberi kedudukan.”

Martajaya berkata, “Tidak mengapa. Ayo kita ke Tegal saja. Turutilah aku, jangan terlambat. Ayo segera berangkat.”

Mereka kemudian berangkat ke Tegal. Sesampai di Tegal mereka menuju markas Sang Raja. Ketika itu Sang Raja sedang mengadakan pertemuan dengan para punggawa. Mendadak Ki Martajaya datang bersama adiknya.

Berkata Sang Raja, “Hai Martajaya, ada apa engkau datang ke sini? Apakah diutus oleh Dinda Pangeran Puger?”

Martajaya menjawab, “Hamba datang atas kehendak sendiri, hendak mengabdi kepada paduka. Hamba serahkan hidup-mati karena telah berani memulai perang melawan pasukan Madura di Demak. Tetapi perang belum selesai karena datangnya malam. Sekarang hamba meminta perintah dari paduka. Hamba masih berani melawan orang Sampang.”

Sang Raja sangat suka mendengar penuturan Ki Martajaya.

Berkata Sang Raja, “Aku serahkan kepadamu Martajaya, negeri Demak seutuhnya. Sekarang engkau berangkatlah ke Demak untuk menaklukkannya.”

Martajaya menyembah dan segera pamit hendak berangkat ke Demak.

Tuan Admiral kemudian mempunyai usulan, “Paduka, saya juga minta pamit ke Jepara. Adapun untuk berjaga paduka di sini saya tinggalkan tujuh puluh serdadu Kumpeni.”

Berkata Sang Raja, “Baiklah Admiral Heldhuweldheh. Aku sertakan dengamu Tumenggung Martalaya dan si Wija agar ikut mendampingi perjalananmu.”

Tuan Admiral akan berangkat dari Tegal naik kapal. Setelah siap segala perabotannya, layar dikembangkan dan segera berangkat. Sesampai di Jepara Tuan Admiral memerintahkan agar kapal berlabuh dulu. Di pelabuhan Jepara mereka melepas jangkar. Tumenggung Martalaya dan Wija disuruh mendarat terlebih dulu untuk menyampaikan perintah Sang Raja kepada bupati Jepara Ki Wangsadipa. Ki Wangsadipa sangat suka mendengar kedatangan bantuan pasukan Tuan Admiral. Admiral dipersilakan mendarat dan sudah bertemu dengan Ki Wangsadipa.

Admiral bertanya kepada Ki Wangsadipa, “Sekarang berada di mana posisi musuh?”

Wangsadipa menjawab, “Tuan, dulu mereka di Jagadayoh. Tetapi sekarang sudah pergi karena saya tembaki dari gunung. Teman saya dalam mengusir orang Madura tadi orang Prasman dan orang Inggris. Sekarang mereka masih berdagang di sini.”

Kaget Tuan Admiral mendengar perkataan Wangsadipa yang menyatakan orang Inggris dan Prasman berada di sini. Tuan Admiral berpikir lebih baik kehilangan uang tetapi bisa mengusir orang Prasman dan Inggris. Dia hendak membuat rekayasa tetapi jangan sampai orang Jawa mengetahui. Orang Prasman dan orang Inggris kemudian dipanggil.

Berkata Tuan Admiral, “Hai orang Inggris dan Prasman, pekerjaan kalian sudah diterima oleh Sang Raja Mataram. Sekarang kalian diberi hadiah dua puluh ribu riyal. Kehendak Sang Raja agar engkau kembali ke negerimu. Jangan kalian berdagang di Jawa.”

Berkata orang Prasman dan Inggris, “Tuan, saya komplain. Kapal kami sedang berlayar membawa barang.”

Tuan Admiral berkata, “Aku beri kalian kapal untuk pulang.”

Orang Inggris dan Prasman telah diberi kapal dan mereka memakainya untuk berlayar. Namun sebelumnya semua kapal telah dibor dasarnya. Ketika sampai di laut kapal-kapal itu bocor. Semua orang Prasman dan Inggris tenggelam di lautan, tak ada satupun yang selamat.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/08/13/babad-tanah-jawi-76-negeri-demak-ditaklukkan-pasukan-madura/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...