Translate

Minggu, 22 September 2024

Babad Tanah Jawi (86): Surapati mengabdi di Kartasura

 Sementara itu perjalanan Raden Surapati dan pasukannya dari Pemalang terus menuju ke selatan sampai di tanah Banyumas. Raden Surapati berhenti di desa Ajibarang. Tanah Ajibarang dipimpin dua bersaudara, yang tua bernama Saradenta dan yang muda bernama Saradenti. Kedua pemimpin Ajibarang sangat menyambut kedatangan Raden Surapati. Empat hari Surapati berada di Ajibarang. Ketika itu kedua pemimpin sudah berdiri sebagai raja dan menaklukkan tanah di sekitar Ajibarang. Yang menjadi raja adalah Prabu Suradenti. Wilayah sekitar Ajibarang yang tidak mau tunduk segera diserang. Maka wilayah Prabu Suradenti semakin luas.

Tumenggung Banyumas belum mau menyerah kepada raja baru itu. Untung membantu Prabu Suradenti dengan mengirim pasukan di bawah pimpinan Embun Jalandriya untuk menaklukkan Banyumas. Ki Embun Jalandriya berhasil melaksanakan tugas mengusir tumenggung Banyumas. Prabu Suradenti kemudian diboyong masuk ke negeri Banyumas. Ki Tumenggung Banyumas yang terusir kemudian bermarkas di Kalijarak, sebelah timur Banyumas.

Prabu Suradenti sudah berkeraton di kota Banyumas, Ki Embun Jalandriya diangkat sebagai senapati. Pasukannya sudah besar dan kuat.

Alkisah, Raden Untung Surapati tidak lupa akan tujuan perjalanannya ke Surakarta. Surapati bermufakat dengan Ki Embun hendak pergi ke Kartasura. Ki Embun di suruh tetap berada di Banyumas. Jangan berhenti menaklukkan wilayah sekitar, termasuk pasukan tumenggung lama yang kini berbaris di Kalijarak. Kelak bila tiba saatnya utusan Surapati datang membawa cincin Surapati, Ki Embuh disuruh meringkus Prabu Suradenti. Surapati berpesan agar kepergiannya dirahasiakan. Bila Prabu Suradenti menanyakan, katakan bahwa dirinya sedang bertapa ke pesisir selatan. Ki Embun Jalandriya menyatakan kesanggupannya.

Malam hari Raden Surapati berangkat ke Kartasura. Sesampai di Surakarta Surapati hendak mengabdi kepada Patih Nrangkusuma. Oleh Sang Patih, Surapati dipanggil menghadap. Patih Nrangkusuma merasa suka melihat Surapati yang gagah dan tampan, juga terlihat terpelajar. Tidak aneh karena sejak kecil Surapati tinggal di keluarga Ideler Moor di Betawi.

Berkata Patih Nrangkusuma, “Hai bocah yang baru datang, dari mana asalmu dan siapa namamu?”

Surapati berkata, “Hamba tak ingat asal-usul karena sejak kecil terlunta-lunta. Nama hamba Surapati. Ingin mengabdi kepada paduka Sang Raja. Dan juga hamba meminta perlindungan karena selalu dikejar-kejar orang kafir Belanda. Kelak bila memang hamba diminta oleh Kumpeni silakan diberikan saja, tetapi hamba meminta agar para punggawa Jawa jangan ada yang mengikuti orang kafir.”

Raden Patih Nrangkusuma menerima pengabdian Surapati. Surapati seorang yang cakap dan patuh. Setiap hari Surapati selalu diberi tugas dan selalu dapat menyelesaikan dengan baik. Rasa kasih Nrangkusuma semakin besar.

Sementara itu di Banyumas, Ki Embun Jaladriya sudah berhasil mengusir tumenggung lama yang bermarkas di Kalijarak. Prabu Suradenti sudah berhasil menguasai Banyumas sepenuhnya. Tumenggung Banyumas yang kalah lalu lari ke Kartasura untuk melapor kepada Sang Raja. Sang Raja Amangkurat sangat murka, lalu segera memerintahkan kepada Patih Nrangkusuma untuk menyerang Banyumas.

Patih Nrangkusuma segera melaksanakan tugas. Sesampai di Kanrangkusuman Ki Patih menyiapkan pasukan. Kepada Surapati Ki Patih berkata, “Hai Surapati. Aku hendak berangkat menyerang Banyumas. Ada pemberontak yang berdiri menjadi raja di sana.”

Surapati berkata, “Kalau boleh hamba saja yang berangkat untuk mengatasi pemberontakan di sana. Paduka tinggal di rumah saja. Biar si Surapati ini yang melaksanakan tugas.”

Patih Nrangkusuma suka mendengar kesanggupan Surapati. Ki Patih lalu melapor kepada Sang Raja bahwa yang akan berangkat adalah abdinya yang bernama Surapati. Sang Raja menyerahkan sepenuhnya kepada Nrangkusuma. Ini sekaligus menjadi pembuktian akan kesungguhan Surapati dalam mengabdi kepada Sang Raja.

Ki Surapati segera berangkat menuju Banyumas membawa pasukan dari kepatihan. Singkat cerita Surapati telah sampai di Kalijarak. Surapati membuat markas di Kalijarak dan mengumpulkan orang dari desa di sekitarnya. Surapati mengirim utusan kepada Ki Embun Jalandriya dengan membawa cincin Surapati. Embun Jalandriya tanggap, segera dia mengumpulkan teman-teman bekas budak belian dari Betawi. Semua disuruh bersiaga dengan senjata masing-masing. Ki Embun kemudian menghadap Prabu Suradenti. Sang Prabu Suradenti saat itu sedang mengadu ayam jago. Melihat Ki Embun datang Prabu Suradenti kaget, tetapi segera memanggilnya masuk. Embun Jalandrinya mendekat, dan dengan isyarat kedipan mata teman-temanya segera bertindak. Prabu Suradenti diringkus dan diikat. Suradenta tak ketinggalan, juga dijadikan tawanan. Kedua kakak beradik sudah diikat dan dibawa keluar istana. Sesampai di luar keduanya dipenggal kepalanya. Ki Embun lalu membawa dua kepala pemberontak itu ke Kalijarak dan menyerahkannya kepada Surapati.

Raden Surapati memerintahkan agar isi istana Prabu Suradenti dijarah. Para wanita dibawa sebagai putri boyongan. Istana Suradenti lalu dibakar. Surapati bersama Ki Embun dan kawan-kawan segera berangkat ke Kartasura. Sesampai di Kartasura Surapati menyerahkan jarahan dan para putri kepada Sang Raja. Raja Amangkurat sangat suka hati. Kepala pemberontak diperintahkan agar dipajang di alun-alun. Raden Surapati diberi hadiah pakaian dan harta benda. Surapati sangat gembira, merasa pengabdiannya diterima. Surapati kemudian diberikan rumah oleh Sang Patih dan diberi jatah makan.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/08/23/babad-tanah-jawi-86-surapati-mengabdi-di-kartasura/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...