Translate

Senin, 02 September 2024

Kajian Sastra Gendhing (1:1-3): Sang Dipengrat Jawa

Pupuh 1, pada 1 sampai 3, Sinom (8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a), Serat Sastra Gendhing, ajaran dari Sultan Agung Hanyakrakusuma, Raja Mataram.

Sri Nata Dipengrat Jawa, Jeng Sultan Agung Matawis, kang ngadhaton aneng Karta, Ing jaman sakeh pra Mulki, ngrat Jawa Nyakrawati, Sabrang Pasisir syud, Amiril Muminina, Sayidina Panata Gama. Kyatireng ngrat wus sineksen saking Ngarab,

winenang among dirjeng ngrat. Jeng Sultan Agung Matawis, awit jaksuh tranging tingal, lir surya angkara wening, wikan pranateng gaib, sakarsanira Hyang Agung. Agung parosanira, Jawa den ulet lan kadis, mardikeng ngrat mustikaning jagad

Narendra moncol sasama, mrojol ing kerep tan wigih, pinarak ngideri jagad, tyasnya maruta jinaring mumpuni agal rempit. Kridhaning ngrat wus kawengku, miguna ing aguna, wujud langgeng datan lali, rasa mulya tinrusken rasa panedya


Kajian per kata:

Sri Nata (Sang Raja) Dipengrat (dipa ing rat, pelita dari jagad) Jawa (Jawa), Jeng (Kangjeng) Sultan (sultan) Agung (Agung) Matawis (Mataram), kang (yang) ngadhaton (berkeraton) aneng (ada di) Karta (Karta). Sang Raja pelita jagad Jawa, Kangjeng Sultan Agung Mataram, yang berkeraton di Karta.

Karta adalah nama sebuah tempat di tenggara kota Yogyakarta sekarang. Di tempat itulah dulu berdiri keraton Sultan Agung raja terbesar dari dinasti Mataram. Sebelum pindah ke Karta keraton Mataram berpusat di Kotagedhe, bagian timur kota Yogya sekarang.

Ing (di) jaman (zaman) sakeh (semua) pra (para) Mulki (raja), ngrat (jagad) Jawa (jawa) Nyakrawati (menguasai jagad), sabrang (tanah seberang) pasisir (pesisir) syud (tunduk berserah), Amiril (pemimpin) Muminina (para mukmin), Sayidina (tuan) Panata (pengatur) Gama (agama). Di zaman semua para raja jagad Jawa yang menguasai jagad tanah seberang dan pasisir tunduk berserah, pemimpin para mukmin tuanku pengatur agama.

Di sini disebutkan sifat-sifat Sultan Agung yang kekuasaannya meliputi raja-raja di tanah jawa dan pesisir serta di tanah seberang. Beliau seorang raja yang menjadi pemimpin para mukmin, dan tuan yang juga mengatur urusan agama. Gelar Amirul mukminin artinya pemimpin kaum mukminin. Sayidin Panatagama, berarti pemimpin yang mengatur urusan agama. Konsep raja Mataram memang khalifatullah, wakil Tuhan yang mengurus urusan di dunia.

Kyatireng (kyatira ing, kemasyhurannya di) ngrat (jagad) wus (sudah) sineksen (disaksikan) saking (dari) Ngarab (tanah Arab), winenang (diberi wewenang) among (menguasai) dirjeng (dirja ing, keselamatan dari) ngrat (jagad). Kemasyhurannya di jagad sudah disaksikan dari Tanah Arab, diberi wewenang menguasai keselamatan dunia.

Kemasyhuran Raja ketiga Mataram ini sudah sampai ke Tanah Arab sebagai seorang pemimpin para mukmin di tanah Jawa. Sehingga penguasa Mekkah waktu itu memberi gelar Sultan kepada Sang Raja. Inilah awal mula raja Mataram ketiga ini menggunakan gelar Sultan.

Jeng (Kangjeng) Sultan (Sultan) Agung (Agung) Matawis (Mataram), awicaksuh (bijaksana) tranging (terang dalam) tingal (penglihatan), lir (seperti) surya (matahari) angkara–wening (bersinar terang), wikan (mengetahui) pranateng (aturan yang) gaib (ghaib), sakarsanira (sekehendak) Hyang (Tuhan) Agung (Maha Agung). Kangjeng Sultan Agung Mataram, bijaksana terang dalam penglihatan, seperti matahari bersinar terang, mengetahui aturan yang ghaib, sekehendak Tuhan Maha Agung.

Sultan Agung adalah raja yang bijaksana. Tajam penglihatan batinnya, seperti tajamnya matahari yang bersinar terang, mampu menembus berbagai kegelapan. Beliau juga mengetahui segala aturan-aturan dunia ghaib, seolah-olah sudah mengetahui kehendak Tuhan Yang Maha Agung.

Agung (besar) parosanira (kekuatannya), Jawa (tanah Jawa) den ulet (dicampur) lan (dengan) kadis (hadits), mardikeng (menguasai) ngrat (dunia, jagad) mustikaning (permata dari) jagad (jagad). Besar kekuatannya, Tanah Jawa dicampur dengan hadits, menguasai dunia permata dari jagad.

Kekuatan Sultan Agung sangat besar. Seluruh tanah Jawa dibubuhi dan dicampur dengan pengajaran agama. Den ulet artinya dibubuhi dan dicampur sehingga rata, seperti mengulek sambal. Hadits adalah perlambang dari pengajaran agama yang diemban oleh Sultan Agung sebagai penegak hukum Allah. Kekuasaannya merdeka, tidak dikuasai oleh negeri lain. Beliau seolah permata jagad, artinya menonjol dan sangat kelihatan di antara semua manusia.

Narendra (Raja) moncol (melebihi) sasama (sesama raja), mrojol ing kerep (lolos dari yang rapat, peribahasa untuk penyebutan kemampuan yang melebihi rata-rata) tan (tak) wigih (segan), pinarak (berkunjung) ngideri (mengitari) jagad (jagad), tyasnya (hatinya) maruta jinaring (sanggup menjaring angin) mumpuni (mumpuni) agal (yang kasar) rempit (remit, halus). Raja yang melebihi sesama, mempunyai kemampuan di atas rata-rata, tak segan untuk berkunjung mengitari jagad, hatinya seolah sangguh menjaring angin, mumpuni dalam hal yang kasar dan yang halus.

Moncol sasama artinya primur interpares, lebih unggul dari sesamanya. Ungkapan lainnya adalah punjul ing apapak. Mrojol ing akerep artinya halangan apapun tak sanggup menghentikannya karena kemampuannya melebihi rata-rata. Sang Sultan tak segan untuk turun ke seluruh wilayah, mengitari daerah kekuasaannya. Blusukan kalau istilah zaman sekarang. Hatinya sangat peka, ibarat bisa menjaring angin karena sanggup mengetahui hal-hal yang halus. Beliau mumpuni dalam ilmu yang halus maupun yang kasar.

Kridhaning (kiprah dalam) ngrat (jagad) wus (sudah) kawengku (dikuasai), miguna (beguna) ing (dalam) aguna (kepandaiannya), wujud (wujud) langgeng (langgeng) datan (tidak) lali (lupa), rasa (rasa) mulya (bahagia) tinrusken (diteruskan) rasa (pada) panedya (kehendak). Kiprahnya dalam jagad sudah dikuasainya, berguna dalam kepandaiannya, wujud langgeng tidak lupa, rasa bahagia diteruskan dalam kehendak.

Sang Sultan kiprahnya dalam menguasai dunia sudah sangat mahir, tidak akan salah lagi. Seorang yang berguna dalam kepandaiannya, miguna ing aguna. Artinya ilmunya sungguh bukan sekedar pengetahuan yang membuat takjub belaka tetapi bermanfaat bagi banyak orang. Pandangannya terhadap dunia tak melupakan wujud langgeng, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Rasa bahagia dalam hati diwujudkan dalam tindakan untuk kebaikan. Meski seorang raja yang berkuasa beliau tidak memandang rakyat sebagai obyek kekuasaan. Kebijakannya tetap berpijak pada kebaikan untuk seluruh rakyat.


https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2020/08/05/kajian-sastra-gendhing-11-3-sang-dipengrat-jawa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kajian Wulangreh (165;167): Bener Luput Den Esthi

  Pada   (bait) ke-165;167, Pupuh ke-9, Pucung, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV. Ing sabarang prakara dipun kadulu, wiwi...