Sementara itu di Kudus, Pangeran Kudus setelah digantikan oleh Ki Arya kemudian pergi bersama keluarganya ke wilayah Demak. Mereka menempati desa bernama Pancawati. Setelah beberapa saat berada di sana Pangeran Kudus berencana memberontak. Kawula Demak banyak yang tunduk dan patuh kepadanya karena takut. Mereka takut karena Pangeran Kudus mempunyai kesaktian. Pangeran dari Pancawati itu kemudian bershasil menguasai kota Demak.
Di saat yang bersamaan pasukan Kartasura yang dalam perjalanan pulang dari Surabaya telah sampai di Juwana. Mereka mendengar berita pemberontakan Pangeran Pancawati. Patih Cakrajaya dan Tuan Admiral Britman kemudian menugaskan Ki Tumenggung Suranata dan Padmanagara untuk terlebih dahulu mendatangi Demak. Patih Cakrajaya dan Tuan Admiral akan segera menyusul.
Di Demak Pangeran Pancawati telah mendengar kalau pasukan Kartasura akan menyerang. Mereka bersiap menghadapi. Pimpinan pasukan Demak dipegang oleh dua putra Pangeran Pancawati yang bernama Suradipura dan Sumadipura. Prajurit Demak berjumlah sekitar seribu orang.
Pasukan Kartasura yang dipimpin Ki Tumenggung Suranata telah sampai di Demak. Terjadi pertempuran dengan pasukan Pangeran Pancawati. Pasukan Pancawati menerjang seperti macan kurang pangan. Namun menghadapi pasukan Kartasura mereka tidak bisa berbuat banyak. Pasukan Demak terdesak dan mundur. Apalagi setelah Patih Cakrajaya dan Admiral Britman datang. Pasukan Pancawati tak mampu menahan serangan pasukan Kartasura dan Kumpeni. Pasukan Pancawati lalu melapor kepada Pangeran Pancawati bahwa pasukan Kumpeni telah datang.
Berkata Pangeran Pancawati, “Itu bukan Kumpeni. Yang datang itu adalah gerombolan babi. Kalau engkau terjang pasti menyingkir. Aku yang akan memberi penolak.”
Pasukan Pancawati kembali semangat berperang. Mereka meyakini kesaktian Pangeran Pancawati. Dengan membabi buta mereka menerjang pasukan Kumpeni. Kumpeni membalas dengan berondongan tembakan. Banyak prajurit dari Demak tewas dalam perang. Suradipura telah tewas. Adiknya si Sumadipura juga telah tewas. Pasukan Pancawati bubar berlarian. Serdadu Kumpeni terus memberondongan dengan tembakan senapan dan granat.
Pangeran Pancawati diberi laporan kalau kedua anaknya telah tewas. Pangeran Pancawati segera mengambil tombak pendeknya hendak menuntut balas. Begitu keluar dari pondokannya Pangeran Pancawati langsung diberondong tembakan dan granat. Bahu kiri Pangeran Pancawati koyak. Pangeran lalu mundur ke selatan sungai dan menjadi gotongan. Pangeran kemudian diistirahatkan di serambi masjid.
Tuan Admiral Britman sangat suka melihat pasukan Pancawati sudah hancur. Tuan Admiral terus mengejar larinya Pangeran Pancawati. Sesampai di depan serambi Admiral melihat Pangeran telah terkapar.
Berkata Admiral Britman, “Hai Pangeran, lu mau jadi raja menguasai tanah Jawa? Mengapa bisa terluka sampai koyak bahu lu? Mari bangun beta angkat jadi raja.”
Pangeran Pancawati menangis tersedu-sedu. Lukanya semakin menganga dan sakit tak tertahankan.
Admiral menarik pedang dan berseru, “Sini saya kasih obat biar tak sakit lagi.”
Admiral memenggal kepala Pangeran Pancawati. Admiral lalu mundur dan masuk ke rumah Tumenggung Suranata bersama Ki Patih Cakrajaya. Malam itu pasukan Kartasura beristirahat di Demak. Paginya mereka meneruskan perjalanan ke Semarang. Sesampai di Semarang Admiral Britman dan Patih Cakrajaya bertemu Tuan Komisaris Dulkup.
https://bambangkhusenalmarie.wordpress.com/2022/09/22/babad-tanah-jawi-116-pemberontakan-pangeran-pancawati/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar